Rabu, 25 Juli 2012

Hei dad look at me


(sebuah judul yang tabu dibahas dirumah) 

Assalamu’alaikum papap, damang?

Kalimat biasa itu mungkin sangat mudah bagi orang lain tapi tidak bagiku. Karena aku adalah satu dari jutaan anak di dunia yang tumbuh dari keluarga yang tidak seimbang. Papap dan mama bercerai bahkan sebelum aku masuk sekolah dasar. Alasannya sih klasik, Papap punya istri lain tanpa sepengetahuan atau lebih tepatnya tanpa seizin mama. Dan papap berargumen indah, dengan alasan ia membutuhkan anak laki-laki, lucu kan?. Anak laki-laki yang memang sewajarnya diinginkan oleh setiap ayah. Dan sayangnya itu satu-satunya hal yang tidak bisa diberikan mama, setidaknya sampai perceraian itu datang. Usia SD, aku menjadi siswa bermasalah dan cerdas. Haha, cerdasnya penting untuk ditulis, karena aku –katanya- cerdas dan selalu mendapat juara kelas,sehingga keluarga beranggapan bahwa aku bukanlah anak bermasalah yang harus diperhatikan, lebih. Oi iya, hampir lupa, Aku anak ke 3 dari 5 bersaudara, semuanya perempuan, Kakak pertamaku meninggal, setelah 8 bulan aku lahir. Kakak keduaku superduper jago cari perhatian dengan masalahnya. Adik pertamaku tidak kalah mencuri perhatian keluarga. Adik bungsuku jelas-jelas yang paling dimanja, tapi ia tak pernah merasakannya. Sekedar intermezzo. Namun, Aku tidak dididik mama untuk membenci papap, berbeda dengan orang tua asuhku. Tuh kan lupa lagi, karena mama seorang perawat yang superduper sibuk juga jadi aku tinggal dengan kakek dan nenek, bagiku kakekku adalah ayahku. Tapi sayangnya, aku lebih sering mendengar mereka menyalahkan papap dan mama atas apa yang terjadi pada kami, mereka sering sekali menyinggung bahwa kami adalah anak korban perceraian yang perlu dikasihani. Dan itu tidak membuatku nyaman. Sampai SD, aku percaya sebenarnya papap menyayangiku, mungkin ia punya alasan tertentu mengapa ia tidak bisa mengunjungiku.Mama juga selalu membawakan hadiah yang katanya itu kiriman dari papap.Sebenarnya Papap pernah mengunjungiku dalam beberapa masa, juga ada beberapa tahun dimana ia sering berkunjung. Namun satu momen, membuat aku membencinya, benar-benar membencinya, banyak orang bilang ia pembunuh mama. Mama meninggal 29 agustus 2005, karena sakit komplikasi. Dan ia tidak hadir di hari pemakaman mama. Ia datang satu minggu setelahnya. Alasannya karena keluarga mama yang meminta agar ia tidak datang dihari itu, katanya. Sampai sekarang, aku masih bertanya-tanya, apakah papap memikirkan kami, anak perempuannya yang baru saja kehilangan ibu mereka. Anak perempuan yang membutuhkan pelukkannya saat sang Ibu pergi dan tak akan kembali.

Seiring berjalannya masa penyembuhan hati kami, aku kembali menjadi anak papap yang tidak banyak kompromi. Ok, saya skip cerita-cerita baiknya, hehe. Tahun 2009, keluarga kakekku terkena badai ekonomi. Saat UAN, aku menginap dirumah seorang sahabat karena keadaan rumah tidak lagi memungkinkan untuk belajar. Dihari terakhir aku tepar, sakitnya pun tidak biasa tapi aku tak sempat memeriksakan diri selain karena dari UAN langsung ke Ujian Pratek juga karena seluruh Keluarga sedang fokus mengurus nenekku yang kembali masuk rumah sakit.  Kemana papap saat itu? Entahlah. Masa seleksi masuk PTN pun dimulai, aku mendaftar PMDK dan tidak lulus, lolos seleksi Talent Scouting beasiswa UNPAD dan sayangnya ditahap akhir, aku gagal. Daftar SNMPTN pun sama. Aku benar-benar apes atau lebih tepatnya aku tidak serius belajar. Sepertinya aku lebih pintar saat UAN ketimbang SNMPTN. Aku benar-benar sudah menyerah, namun keluarga menawariku untuk memilih PTS saja. Aku mendaftarkan diri untuk UM di sebuah PTS dengan jurusan terfavorit, untuk kali ini, aku benar-benar belajar dan LULUS. Ternyata Allah punya rencana lain, H-7 uang kuliah simpanan kakekku terpakai untuk biaya operasi, operasi yang telah ia tolak dan sembunyikan dari keluarga, untukku, masa depanku. Aku menangis, tentu saja. Aku menangis karena tidak pernah terpikir aku tidak bisa kuliah. Aku menangis karena menyadari betapa perih hati kakekku. Bodohnya aku malah mengamuk saat itu. Maafkan aku. Aku menelepon papap untuk dicarikan solusi –Uang-. Papap berjanji akan memberikannya sebelum hari H, tapi sampai hari dimana teman-temanku yang lain Ospek, papap tak kunjung memberi kabar. Ok, hopeless. Dia bahkan tak menanyakan kabarku. Luarbiasa. Tebak, akhirnya kami bertemu dimana? Di pemakaman kakek sahabatku, itu pun tak sengaja. Dan ia bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi sebelumnya. Benar-benar luarbiasa. Ini menjadi titik awal, aku berjanji tidak akan membencinya walaupun aku marah dan aku tidak akan mempercayainya lagi. Saat kakekku meninggal dan dimakamkan, ia datang ke pemakaman tapi tidak kerumah, ia bahkan tidak ingat bahwa hari itu juga adalah hari ulang tahunku, anaknya. Betapa sempurnanya hari itu. Dan sejarah hampir terulang kembali saat aku dan adik pertamaku LOLOS UM di UPI. Papap berjanji akan membiayai kami, tapi mendekati hari H bantuaannya tak kunjung datang. Aku tidak ingin tenggelam dalam penyesalan lagi. Aku memberanikan diri meminjam uang ke Istri papap yang katanya kaya raya, tapi tidak bisa meminjamkan uang 14 juta padaku, anak tirinya. Karena saat itu hubungannya dengan papap sedang tidak baik. Lalu aku menghubungi paman-pamanku, aku benar-benar memberanikan diri sekaligus menjatuhkan harga diriku pada siapapun yang bisa membiayai kuliahku saat itu. Pamanku ada yang marah dan menangis, marah karena aku bersikap bodoh dengan meminjam uang sebagai pengangguran, menangis karena ..ya siapa yang tidak terharu melihat kegigihan seorang anak perempuan yang dulunya tidak pernah meminta uang sekalipun demi mengenyam bangku kuliah. Rencana Allah memang selalu yang terbaik. Kami bisa membiayai kuliah dengan bantuan papap dan paman-paman serta beberapa syarat.

Selama awal semester kuliah, kami tinggal dirumah adiknya. Tapi kami seperti tinggal dirumah keluarga asuh yang tidak mengenalnya. Aku kira jika aku tinggal disana papap akan sering mengunjungiku tapi ternyata tidak. Begitupun saat pamanku mengurus perpindahan kami ke tempat kost, papap entah sedang sibuk dengan apa. Papap termasuk orang kesekian yang baru tahu kost-an kami di semester kedua. Semakin lama, aku merasa semakin asing dengannya. Sempat aku merasa papap mulai memperhatikan kami, menunjukkan kasih sayangnya. Tapi lagi lagi semuanya sirna. Papap kembali menipu kami dalam penjualan warisan mama. Ditengah kesibukkan aktifitas kampusku, ia meminta pulang. Betapa senangnya aku, karena akhirnya papap meminta aku pulang, itu tandanya ia merindukanku kan. Perasaan yang melambung itu, jatuh seketika. Ternyata yang ia perlukan bukan aku, anaknya. Yang ia butuhkan persetujuan dan tanda tanganku saja. Tandatanganpun bisa dipalsukan.
Ia memintaku pulang untuk pembagian waris. Just It. Benar-benar ayah yang Luar Biasa. Bahkan aku sakitpun ia tak peduli, aku menjadi juara kelas seumur hiduppun ia tetap tak akan peduli. Beberapa kali aku ikut oliempiade, berharap ia memberiku semangat, hanya harapan. Aku hanya berharap ia datang ke sekolah dengan bangga membawa Raporku. Sehebat apapun aku, ia tidak akan meninggalkan dunianya untukku. Aku tak pernah bisa membuatnya bangga. Aku tahu hanya ada satu cara agar ia memperhatikanku dan bangga, jika aku adalah anak laki-laki yang berhasil. Dan itu adalah hal yang paling tidak bisa aku lakukan. Aku pernah merusak hidup dengan menjadi anak perempuan yang cuek, tomboy, introvert dsj. Dijauhi teman-teman dan menjadi bahan gunjingan. Sekarang, aku tidak peduli lagi, apakah papap akan memperhatikanku atau tidak. Aku hanya ingin seperti mama, cantik, cerdas, gaul, syar’i, bertalenta dan berhati baik. Jika papap tidak bisa bangga padaku, it’s ok now. Jika aku tidak diakui anak oleh papap, it’s ok now, karena mama akan selalu bangga padaku, apalagi jika ia masih ada sekarang.

Kalian tahu kan lagunya Kelly yang Because of you dan lagu Perfect J, aku gak mau jadi kayak Kelly, aku lebih suka nyanyiin lagu Perfect.
Atau How are you, dad? Pastikan papap sehat, biar pas akad nikah nanti, mby gak perlu wali lain. Papap tahu gak? Aku iri pada semua orang disekitarku yang diantar-jemput ayahnya, yang selalu dikhawatirkan ayannya, yang selalu membanggakan ayahnya, apapun pekerjaan dan wujud ayah mereka. Seperti saat pamanku, tak pernah absen menelepon anak-anaknya setiap pagi dan malam,sesibuk apapun dirinya.
Aku ingin memperbaiki semuanya, tapi terlambat pap. Aku yang sekarang sudah lebih dingin. Aku tidak akan pernah cukup baik bagimu, sama sepertimu yang tidak baik bagiku. I was so young, you should’ve know!. Feels like you don’t care anymore. Because of you, I’m affraid. Think back and talk to me. I can’t pretend anymore, I’m Sorry..Now, seems so far away.. There’s a song that inside in my soul..pouring rain..

1 obrolan:

Anonim mengatakan...

Saya lupa pernah menulis ini dan rasanya saya tidak perlu menulis ini tapi juga tidak ingin menghapus.

Posting Komentar