Senin, 18 Mei 2015

Benarkah? Bolehkah?

Dalam kumpulan kata penyemangat dari sahabat di bulan Januari terselip mimpi-mimpi yang ikut mereka sematkan dalam mimpi saya. Mimpi yang saya tinggalkan perlahan saat ini. 

Ada pula yang begitu ingin berjalan di jalur mimpi yang sama dengan semangat yang lebih hebat dan hari ini ia telah mendapatkan hasil yang lebih baik dari yang pernah saya dapatkan. 

Sejenak saja, izinkan saya berpikir kembali. Benarkah saya ingin berhenti? 

Saya mengenang begitu banyak orang yang senang atas pencapaian yang pernah saya ragukan. Kesenangan yang membuat saya begitu takut mengecewakan. Bolehkah kali ini saya coba kembali dengan sepenuh hati? 

Sungguh Allah SWT, Engkau Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati.

Jodoh

Kapanpun dengan siapapun, semoga Allah SWT menyatukan saya dengan sebaik-baik pribadi untuk menemani dan memberikan kami kebahagiaan baik dalam masa penantian maupun pernikahan. Serta menenangkan hati orang-orang yang diselimuti rasa khawatir sehingga mengganti kalimat tanya 'kapan' dengan doa dalam senyuman.

Hukuman Seumur Hidup

Rasa bersalah terbesar saya terhadap diri sendiri yaitu ketika saya menyadari akan mampu melakukan suatu hal setelah melihat orang lain mampu mengusahakan hal tersebut.
Rasa bersalah cukup untuk menjadi hukuman seumur hidup.

Setidaknya Kita Harus Tahu ;)

Banyak orang telah melewati perasaan ini. Perasaan melakukan sesuatu demi kesenangan. Orang menyebutnya dengan kepuasan pribadi. 

Kita terus melakukan hal yang bahkan menurut orang lain sudah selayaknya ditinggalkan atau bahkan tak lagi pantas dilakukan tapi berlandaskan perasaan suka, mungkin juga cinta, kita terus melakukannya. 

Sometimes, kita tak pernah benar-benar tahu alasan menyukai suatu hal sampai kita berada dititik untuk melepaskannya ataupun meninggalkannya. Seketika berjuta alasan datang menghampiri hati untuk tetap mencintai. 

Namun, boleh jadi yang terjadi justru kita menemukan alasan mencintai tersebut bersamaan dengan alasan kita untuk pergi. 

Jika kita tidak tahu alasan saat mulai menyukai setidaknya kita harus tahu alasan saat memilih pergi ;)

Bismillah, nunggu aransemen musiknya!

Detik-detik yang berlalu 
Bayangmu kian semu 
Namun hatiku ini 
Masih saja merindu 

Rindu telah tersemat 
Pada ruang tersekat 
Karna luka yang dulu 
Tetap saja melekat 

Kata tlah ku tuliskan 
Namun rasa kau abaikan 
Mimpi-mimpi pun tlah ku gantungkan 
Namun hati kau jatuhkan 

Aku memang merindu 
Tanpa ingin bertemu

Buntu

Ini bukan kisah ambigu, ini hanya kisah tentang kaumku dan kaummu. Sebuah gaya gravitasi antar makhluk yang tak pernah dibuat jelas sehingga kisahnya buntu.

Jumat, 08 Mei 2015

RSHS part II

Aku pernah menulis tentangmu lima tahun lalu. Ketika aku masih begitu bangga padamu, masih menikmati setiap langkah di lorongmu.
Hari ini pun akan ku tuliskan tentangmu. Tentangmu yang tak pernah ingin ku temui lagi. Tentangmu yang telah berubah namun tetap sama. Barangkali aku benar-benar gagal move on!
Hallo Rumahnya orang-orang penuh harap!
Hallo Rumahnya orang-orang ingin sehat!
Aromamu masih sama bahkan aura kelammu dimana-mana sama ;)
Ku susuri lorongmu dan serentak semua ingatan tentang tawa juga air mata terlintas di tayangan imajiku.
Tawa seorang anak bersama ibunya di sebuah taman bermain dalam rumah sakit ternama dan juga air mata seorang cucu akan kakeknya dalam senja berhujan.
Semua terputar ulang seperti memori yang memaksa untuk masuk kembali atau memang tak pernah bisa dikeluarkan. Memori seorang gadis berusia 18 tahun dengan rambut ekor kuda sedang berlari kecil di gelapnya lorong tengah malam, tak hanya sekali. Demi labu-labu darah penyongsong nyawa, ia patahkan semua rasa takut juga lelah. Perasaan berani yang ku rindukan!
Ah, hari ini aku tak mengenal gadis itu karena kami tak lagi dalam tubuh yang sama ;)
Rumah Sakit Hasan Sadikin menjadi saksi dari jutaan cerita akan orang-orang yang memperjuang hidup. Bukan hanya saya atau anda, ada mereka yang ceritanya disampaikan dengan candaan apapun akan tetap terasa pilu.

Bahagia Itu Sederhana

Sebuah kebanggaan ketika Ibu sahabatku dengan senang hati mengambil raport sekolahku, menerimaku menginap di rumahnya, memelukku seperti anak kecil dan bercerita tentang dunia yang harusnya aku ketahui..
Bahagia itu sederhana, lewat Ibu dari orangtuaku, Ibu dari Sepupuku, Ibu dari sepupu Ibuku, Ibu dari kakek-nenekku, Ibu dari anak guru atau dosenku dan Ibu dari sahabatku.. :')
Bahagia Itu Sederhana lewat Ibu yang baik hati dan wanita penuh kasih...

Kondisi Kerja

"Guru-guru di Finlandia menuntut agar mereka memperoleh otonomi profesional, prestise, kehormatan dan kepercayaan dalam pekerjaan mereka. Pertama-tama dan paling penting, kondisi kerja dan lingkungan moral profesionallah yang diperhitungkan orang-orang muda Finlandia ketika memutuskan apakah mereka akan mengejar karier keguruan atau mencari kerja di bidang lain."
Pasi Sahlberg, Ph.D., dalam buku Finnish Lessons; Mengajar Lebih Sedikit, Belajar Lebih Banyak ala Finlandia hlm. 169-170

Seperti itulah rasanya

Kau tahu rasanya luka sayatan yang tersiram sambal cabe?

Anak Broken Home

Istilah Anak Broken Home sudah bukan lagi sebutan yang asing. Tapi tahukah anda konflik batin yang sebenarnya mereka alami? Empati-empati yang bertebaran itu benarkah mereka inginkan?
Inilah segenggam konflik batin yang benar-benar dirasakan oleh salah satu anak dengan title korban broken home.
1. Ketika papap dan mamah menelepon untuk mengatakan bahwa mereka merindukannya serta telah menitipkan uang jajan di nenek. Dalam hati, ia berteriak: "Bukan itu yang ku perlukan. Aku hanya perlu kalian disini, menemaniku."
2. Ketika hari pertama masuk sekolah dan melihat anak lain diantar oleh orang tuanya. Dia berjalan lemas ke sekolah sembari memperlambat langkahnya agar nanti tak ada waktu untuk orang tua lain bertanya: "Kemana orang tuamu?".
3. Ketika sakit akan berkesempatan melihat papap dan mamah ada disampingnya saat tertidur. Dalam hati berlirih: "Aku ingin selalu sakit."
4. Ketika anak-anak lain menertawakan keadaan keluarganya, dia hanya bisa berteriak: "Mamah aku gak gitu kok! Dia sayang aku!". Padahal dalam hati menangis, membenarkan tawaan temannya.
5. Ketika main ke rumah teman dan orang tua temannya menanyakan tentang orang tuanya. Dalam hati ia berkata: "Pasti mereka akan menatapku seperti itu lagi dan memelukku. Karena aku perlu dikasihani".
6. Ketika Mamahnya meninggal dan walinya meninggal, banyak orang memeluknya serta berkata: "Sabar ya Nak, kuat ya Nak!". Oh sungguh, motivasi basi yang memang dia perlukan.
7. Ketika di tempatnya belajar membahas tentang anak broken home, kata-katanya tercekat dileher. Ingin ia menyatakan di kelasnya bahwa anak broken home memang perlu tambahan kasih sayang tap tidak pernah memelas kasih apalagi untuk dikasihani.
8. Ketika sejuta umat menghakimi anak broken home itu berbeda dan pasti ada yang bermasalah. Maka dia tancapkan dalam hati untuk membuktikan keduanya.
*bersambung...

Guru Sains Sekolah Dasar

Saya hanya satu dari banyaknya Guru Sains di Indonesia atau sekedar di tanah Jawa. Guru Sains sekolah dasar yang dengan sedikit kesalahan penyampaian dapat menumbuhkan banyak kesalahan lain. Guru Sains sekolah dasar yang dengan keterbatasan metode dapat mematikan hebatnya semangat belajar peserta didik.
Guru Sains sekolah dasar bukan tukang jejal teori, bukan!
Sepemahaman saya, kami pun bertugas mengembangkan potensi dan sikap peserta didik sebagai pribadi ilmiah. Bukan peserta didik yang hanya pintar mengisi lembar ujian tapi juga cerdas dalam bersikap sesuai pemahamannya.
Ah, ini hanya celotehan Guru Sains sekolah dasar yang belum berpengalaman!
Kami bukan buku ensiklopedia berjalan karena memang tidak disiapkan untuk memberi semua pengetahuan pada peserta didik. Kami dipersiapkan untuk membuat peserta didik menyadari keterkaitan dirinya dengan alam dan semua makhluk yang berada di dalamnya.
Sederhana memang, tugas kami memang terlampau sederhana. Kami hanya perlu memastikan bahwa setiap yang sederhana itu akan tetap bermakna.
Kecil memang, tugas kami memang teramat kecil. Kami hanya perlu menyadari bahwa hal kecil bisa jadi berdampak besar.
Sampai hari ini, sekalipun saya telah mencantumkan berbagai hal idealis dalam skripsi (yang bahkan belum dijilid) tetap saja saya menyadari ada banyak kecerobohan yang tanpa sengaja dilakukan. Kecerobohan yang barangkali bagi orang awam nampak tak penting tapi jika ditelaah kembali maka hal tersebut dapat mengakibatkan kesalahan konsep keseluruhan.
Ah, saya benar-benar Guru Sains sekolah dasar yang kurang berpengalaman!
Betapa beruntungnya diberi kesempatan mendapatkan dosen pembimbing yang hebat, guru pamong yang humble dan guru senior yang teliti ;)

Jika Ini Matematika

Tanggal 1 Mei nanti usiaku akan berubah menjadi 25 tahun sesuai hitungan tahun umat muslim bertepatan dengan 1 Rajab.
Oh, sungguh malang tubuhku. Di usianya yang seperempat abad ini telah mengalami penurunan kinerja sistem.
Oh, sungguh malang jiwaku. Rasa-rasanya terlalu tua iya, bocah pun iya. Labil!
Oh, malang pula kepribadianku. Masih ada saja yang tak menyukainya, sekalipun telah diperbaiki sedikit demi sedikit.
Oh, hatinya apalagi. Sungguh malang! Dipenuhi rasa ketidakpuasan akan pencapaian hidupnya. Merasa bukan siapa-siapa.
Barangkali karena aku dikelilingi oleh orang-orang hebat, di usia yang sama mereka telah berhasil mendapatkan gelar master, menikah dan sukses berwirausaha. Atau caranya mengukur diri sendiri yang salah?
Jika ini matematika, mungkinkah hitungan aljabar kesuksesan yang dipakai olehku mengalami kekeliruan konsep. Atau salah menentukan konstanta? Salah menentukan variabel?
Batinku yang lain berteriak, benarkah tak ada satupun yang aku dapatkan selama ini?
Atau karena aku hanya mengingat mereka yang hilang, lepas dan pergi?
Barangkali dalam hitungan ini, aku salah menggunakan tanda bilangan bulat.

Ayunan Hijau Kostan

Senja ini, aku duduk di ayunan hijau bukan untuk menggalau. Aku menikmati desir kenangan di pelataran kostan. Aku membiarkan diriku menikmati kesepian, menyadarkan hati bahwa telah banyak jiwa yang pergi. Karena merasakan kepedihan itu sehat!
Ada banyak mereka yang hadir mengisi lembaran baru, juga mereka yang telah tertulis lama dalam jurnal kehidupan. Kita sedang sama-sama berjuang, kawan!
Senja, akhir april 2015.

Kesepian

"Seseorang dengan jiwa kepemimpinan yang baik terkadang merasa kesepian, banyak orang yang 'meninggal' karenanya tapi tidak sedikit pula orang yang menjadikan masa kesepian itu untuk bermuhasabah, merenungkan sesuatu yang tak dapat direnungi ketika ia sibuk dengan orang lain..."
Saya lupa mengutip kalimat siapa atau tulisan saya sendiri yang pasti ini ada di blog saya, dulu.

Bagaimana?

Ini sebenarnya sudah ku pikirkan sejak lama. Sebuah pertanya yang membutuhkan jawaban terperinci. Sebuah pertanyaan yang pernah ku coba jawab. Sebuah pertanyaan yang malu aku tanyakan kembali.
Ah, perasaan ini sungguh menyiksa. Aku tak lagi bisa mengurungnya. Setiap cambukannya mengikis rasa optimis.
Bagaimana membalas dendam atas waktu yang terbuang?
Bagaimana membalas dendam atas kesempatan yang terabaikan?
Bagaimana membalas dendam atas usaha diri yang tak pernah terjadi?
Hanya karena sebuah kalimat dan secarik kertas, dengan kebanggaan ku runtuhkan setiap impian.
Impian yang sebenarnya bisa aku dapatkan!
Ingin aku memekik asa dalam pelukan senja.
Ingin aku musnahkan semua warna hitam koleris dan sanguinis.
Lalu, aku bertanya pada diri sendiri. Bagaimana mendapatkan kebahagiaan atas hal yang kau inginkan padahal dengan sengaja kau abaikan?
Aku ingin memberikan selamat padamu, wahai bayangan!

Perlu Hak Cemburu

Betapa hidupku hari ini jauh lebih menggembirakan daripada dulu. Aku punya waktu yang jelas untuk bekerja dan berlibur. Aku nyaris tak pernah sendirian ketika bekerja, begitupun saat liburan. Aku menikmati setiap kegiatanku, terlalu menikmati. Sampai (kasarnya) aku lupa diri, ingat tujuan hidup tanpa menghampiri. Aku terlalu nyaman dengan duniaku dan dengan teman-temanku.
Sampai di titik ini, aku menyadari. Yah, kesadaran yang sewajarnya dimiliki oleh wanita muda usia 20-an. Aku tak boleh lagi sendiri.
Barangkali aku sulit merasa kesepian karena banyak teman bisa ku hubungi, selalu ada teman untuk diajak pergi dan ada saja teman untuk bertukar cerita. Iya, semuanya teman. Teman kehidupan tapi bukan teman hidup. Bukan mereka yang ketika terjebak dalam satu perjalanan boleh disandari bahunya, bukan mereka yang ketika bercanda tawa boleh disentuh hatinya, bukan mereka yang ketika berfoto bisa didekati tubuhnya dan bukan mereka yang ketika dirindukan bisa dihubungi semaunya. Bukan!
Serta satu hal yang jelas adalah mereka bukan teman yang berhak dicemburui cerita cintanya. Hal yang paling ingin ku rasakan, cemburu. Bagaimanapun menjadi seorang pencemburu itu tidak mudah, terlebih ketika tidak ada orang untuk dicemburui.
Teman perempuanku bilang mungkin aku suka yang ini atau yang itu, yang semuanya adalah temanku. Mungkin benar ada yang ku beri perhatian lebih atau ku sukai lebih dari teman-temanku yang lain tapi tak ku sadari, mungkin. Sayangnya bukan itu yang ku inginkan, bukan sekedar perasaan. Aku ingin cemburu pada orang yang sewajarnya berhak aku cemburui. Seseorang yang telah terikat dalam hubungan halal denganku.
Ini menjadi sulit ketika belum mapan dijadikan alasan untuk tetap sendiri. Sekiranya ini bukan tentang umur karena usia tak sekedar angka, terlepas lebih muda atau lebih tua. Aku hanya ingin cemburu pada teman hidup yang lebih dewasa. Agar aku tak perlu merajuk karena ia paham alasanku cemburu.

Siapapun boleh menaruh hati dan siapapun berkewajiban menjaga hati ^_^

Terimakasih telah menyadarkan kembali.
Memang tidak semua orang dapat sepaham ataupun paham dengan pilihan kita. Bukan saatnya saya memusingkan siapa suka siapa, kini saatnya saya menghebatkan diri!
Saya belum menjadi muslimah yang baik namun saya pun tidak ingin jadi perempuan yang kehilangan prinsip hanya karena tekanan keadaan.
Siapapun boleh menaruh hati, siapapun boleh menunjukkan rasa peduli, siapapun boleh terlihat mendekati. Siapapun berkewajiban menjaga hati ;)
Dua tahun terakhir ini cukuplah menjadi pelajaran tentang hati mereka yang terluka karena hubungan yang terlalu terbuka.
Perempuan tetaplah perempuan, selaki apapun jiwanya. Hati tetaplah hati, seburuk apapun pribadinya. Tidak sekali menikmati kesenangan akan mereka yang terasa dekat sebagai apapun. Maka ini bukan pertama kalinya pula harus mendekap hati agar menjauh dari yang bukan hakiki. Nakal memang!
Maafkan saya.

Menemukan kata-kata bernada berasa berwarna di UPI Kampu Serang

"Ketika kau mengeluh dengan banyaknya pertanyaan, pastikan kau telah benar-benar memberikan jawaban."
"Aku tak peduli, jika mereka mengenalmu yang dulu sebagai pribadi buruk. Aku menerimamu sebagai pribadi baik yang ku kenal sekarang. Karena aku tahu sulitnya hijrah dari pribadi lama."
"Barangkali aku benar-benar pengkhayal karena dasar bak mandi di sebuah asrama pun nampak seperti wajah harimau. Itu menakutkan!"
"Bagiku kemenangan itu pantas untuk orang yang selalu menyapa tapi sayang bagimu kemenangan datang untuk orang yang pandai mengabaikan. Kita memang tak pernah mau sepaham."
"Kemana pun kita pergi, tempat itu akan terasa menyenangkan ketika kita tahu bahwa ada mereka yang menantikan kehadiran kita."
"Soal perasaan selalu seperti ini, siapapun selalu jadi tokoh utama. Perasaan orang lain lebih layak untuk disalahkan atau dipermainkan."
"Jangan pernah meremehkan kemampuan siapapun terutama kemampuan diri sendiri!"
Fenofa Lazuardi, tengah malam.

#SelfTalk

Bagaimana bisa kamu berprestasi jika hanya berdiam diri tanpa pernah memilih terlibat dan berkontribusi dalam hal apapun (?)

Hujan; manusia berusia senja

Bagaimana bisa aku mengeluhkan hujan
Di saat ada manusia berusia senja
Menepiskan tubuh dari tangisan langit
Menanggalkan kaki dari kayuhan sepeda
Menghitung gemerincing koin dalam dompet
Menatap ramah pada angin yang menghempas
Sedang aku masih saja menatap nanar pada riak air yang berisik
di jalanan kota Bandung
Perjalanan Bandung-Serang, menuju senja.

Sang Penggenggam Hujan

"..Ku mencari jejakmu, waktu terus berlalu, tetapi dirimu adalah penantian terhebatku.." @Kang_Abay

Jangan!

Jangan pernah menawarkan hal yang tidak akan pernah diperjuangkan.
Jangan pernah menawarkan hal yang tidak akan pernah diberikan.
Seperti mimpi dan hati misalnya ;)