Jumat, 08 Mei 2015

Perlu Hak Cemburu

Betapa hidupku hari ini jauh lebih menggembirakan daripada dulu. Aku punya waktu yang jelas untuk bekerja dan berlibur. Aku nyaris tak pernah sendirian ketika bekerja, begitupun saat liburan. Aku menikmati setiap kegiatanku, terlalu menikmati. Sampai (kasarnya) aku lupa diri, ingat tujuan hidup tanpa menghampiri. Aku terlalu nyaman dengan duniaku dan dengan teman-temanku.
Sampai di titik ini, aku menyadari. Yah, kesadaran yang sewajarnya dimiliki oleh wanita muda usia 20-an. Aku tak boleh lagi sendiri.
Barangkali aku sulit merasa kesepian karena banyak teman bisa ku hubungi, selalu ada teman untuk diajak pergi dan ada saja teman untuk bertukar cerita. Iya, semuanya teman. Teman kehidupan tapi bukan teman hidup. Bukan mereka yang ketika terjebak dalam satu perjalanan boleh disandari bahunya, bukan mereka yang ketika bercanda tawa boleh disentuh hatinya, bukan mereka yang ketika berfoto bisa didekati tubuhnya dan bukan mereka yang ketika dirindukan bisa dihubungi semaunya. Bukan!
Serta satu hal yang jelas adalah mereka bukan teman yang berhak dicemburui cerita cintanya. Hal yang paling ingin ku rasakan, cemburu. Bagaimanapun menjadi seorang pencemburu itu tidak mudah, terlebih ketika tidak ada orang untuk dicemburui.
Teman perempuanku bilang mungkin aku suka yang ini atau yang itu, yang semuanya adalah temanku. Mungkin benar ada yang ku beri perhatian lebih atau ku sukai lebih dari teman-temanku yang lain tapi tak ku sadari, mungkin. Sayangnya bukan itu yang ku inginkan, bukan sekedar perasaan. Aku ingin cemburu pada orang yang sewajarnya berhak aku cemburui. Seseorang yang telah terikat dalam hubungan halal denganku.
Ini menjadi sulit ketika belum mapan dijadikan alasan untuk tetap sendiri. Sekiranya ini bukan tentang umur karena usia tak sekedar angka, terlepas lebih muda atau lebih tua. Aku hanya ingin cemburu pada teman hidup yang lebih dewasa. Agar aku tak perlu merajuk karena ia paham alasanku cemburu.

0 obrolan:

Posting Komentar