Senin, 12 Oktober 2015

Hanya Menunda

Aku pernah begitu dekat dengan mimpiku?
Aku terhenti, terpuruk kaku.


Lalu, apa salahnya jika hari ini aku memilih berhenti berlari?

Aku tak melupakannya,
aku hanya membiarkannya terbawa hempasan perasaan.

Sebagian ku tunda
dan sebagian lagi ku coret.
Begitu mudah,
nyatakan terlalu mudah.


Ada batas yang tak bisa ku didobrak,
sekalipun logikaku meneriaki isi tengkorak.

Tinggalkan aku tanpa komentar apapun,
atau temani aku dengan sejuta semangatmu.


Bahkan sanguinis dan koleris yang terbiasa bersamapun, kini rapuh.
Salah satu sisi terkikis melankolis dan sisi lainnya tergeruk plegmatis.


Kau tahu aku suka membaca,
kau pun tahu
belajar merupakan pelarianku
akan gelapnya pengetahuan
dan sendunya hidup.


Kau tahu betapa aku ingin memberi,
biarpun seadanya menginspirasi.

Aku inginkan semua teori dan pengalaman itu!

Bahkan di tempatku berdiam diri hari ini,
aku hanyalah pecundang!
Yang selalu gagal dalam pekerjaannya.


Aku hanya menjaga jarak dengan kekuranganku.
Atau memang variabel dan koefisien keberhasilanku yang masih saja berbeda dengan orang lain, bisa jadi.

Di balik jeruji jendela lantai 2, menutup lembayung di 11 Agustus 2015.

0 obrolan:

Posting Komentar