Selasa, 30 September 2014

Hidup kadang seperti ini ya, Damri!

Kembang Api, Gedung Sate dan Bandung
HUT Kota Bandung ke 204 di Jl. AH Nasution. 


Damri, 
Aku putuskan untuk menunggu 
Setelah melihatmu lewat dan berlalu. 

Damri, 
aku menunggu untuk waktu yang tidak sebentar. Kau tahu itu? 

Ya Allah, batang usiaku semakin meninggi!

23 tahun merupakan

Obat

Medicine
Kita tidak bisa membenci hal yang dibutuhkan untuk menikmati hal yang diinginkan. 

Semisal obat mungkin.

Yang Atas Nama Sebuah Perasaan


"Mari kita bawa sebagian-sebagian!"
Saya mengingat Anda sebagai suatu kebodohan. Bukan Anda bodoh tapi saya. Iya, saya.

Yang atas nama sebuah rasa menenggelamkan diri dalam kesedihan dan kekacauan.

Yang atas nama sebuah rasa merendahkan diri sendiri dan selalu iri.

Yang atas nama sebuah rasa memutuskan silaturahim dengan kawan diskusi yang sulit ditemui.

Yang atas nama sebuah rasa membuat hati lebih peka akan cerita palsu.

Yang atas nama sebuah rasa membiarkan sosoknya terlihat terluka dan tidak berguna.

Yang atas nama sebuah rasa... Dengan segala yang hilang...

Tersadar waktu telah berlalu dengan kenangan usang itu, berhentilah terbebani...

Ambilkan bulan, Bu (!) (?)

"Ambilkan Bulan, Bu!"

Meski Ibu tak pernah sempat mengambilkan bulan untukku, aku tahu cintanya seperti Matahari Pagi dan Senja. Hangat menyilaukan ;) 

Sang Ibu, Sang Anak dan Cahaya Jendela

Jika..

Aku dan Sebuah Cerita tentang Kita juga Universitas Pendidikan Indonesia, semasa muda.


"Jika mengingatku membuatmu terluka, marah, kecewa atau merasa bersalah maka kamu tak perlu mengingatku karena aku tak pernah meminta. Takutnya kamu lupa, bahwa yang kamu ingat ini telah berubah. Gadis kekanak-kanakan ini sedang menjadi wanita dewasa yang tak lagi memusingkan sekedar rasa." 


Berhentilah, jaga nama baikmu ;)

23 September 2014 pukul 18:48
Ini menjadi lucu, ketika semua sudah berlalu dan berhenti menunggu. Menjawab sesuatu yang tak perlu (lagi) mendapatkan jawaban :)

Sadarlah, masa itu telah usang dan ceritanya telah usai. Meski tanpa penyelesaian bersama, karena tak ada yang merasa memulai ;)

~ Intisari Obrolan Sore bersama Sahabat ~


Orang Pendiam

Karena itu, saya selalu takut dengan orang pendiam. Mereka terlalu hebat untuk menyimpan emosinya dan meledakannya seketika, dengan cara apapun termasuk diam. 

Bisa jadi mereka jauh lebih cerdas dari orang yang mengatakan dirinya cerdas. 

Seolah tak peduli padahal mengamati setiap inci.
I wonder to be them, an Introvert Person

220914

Kamis, 25 September 2014

Mereka :')

8 August 2013 at 21:56

Senyum Anak Yatim

Jumat, 19 September 2014

Chat Malam ini..

R: "Teteh slamat ya udah wisuda,,,maaf telat slametnya,,abiz gak punya nomor tlp.ama pin teteh"
F: (Karena isi chat tidak muncul jadi membalas) "..."
R: (Memberi tanda suka)
F: "ciyee kode bgt pin :) sini atuh, eh minta k aci aja deh.. btre low trnytaa"
R: "Oh iya atuh"
F: "kmu sehat2 ya! yg rajin ;) " 
R: "Iya teh ,,,teteh juga ,,,teteh aku sering liat teh ida tapi teteh kok enggak"
F: "brgkat lbh pagi dan pulang lbh sore :( "
R: "Ya semangat teh,,,tetehkan tangguh,,,,demi masa depan teh"
F: "aih, gak setangguh itu.."
R: "Tapi selama belum menyerah,itu namanya tangguh.."


Sekilas teringat isi blog yang lama. 


Seburuk apapun, saya terpilih sebagai Panitia Paling menginspirasi MOKAKU 2012 dan 2013. Kenapa dua tahun terakhir justru lebih banyak mengeluh?
Seburuk apapun, saya pimpinan protokol bumi siliwangi UPI cibiru gemah yang membuat jargon Tangguh Tanpa Angkuh. Kemana perginya semangat itu?

Ada yang salah, dan harus segera diperbaiki, diobati. Harus!

Saya memang tidak baik tapi juga tidak boleh jadi lebih buruk!


Terimakasih Tutee, Rahma Dinanti. Maaf, belum maksimal saat menjadi mentor :)

Tulisan Teh Titin tentang... ku...

http://olivetitin.blogspot.com/2014/07/they-are-my-sister-bag-1.html



They Are My Sister Bag. 1



Saya Titin Komalasari anak pertama dari empat bersaudara. Saya menjadi anak tunggal semenjak ketiga adik kembar saya meninggal dunia di tahun 1998. Merasa sepi, sendirian di rumah mah udah biasa. Hehe. Karena itu saya mengikuti ekstrakulikuler supaya memiliki banyak teman yang dapat dijadikan seperti saudara sendiri.

Semenjak duduk di SD sampai di Perguruan Tinggi saya tetap bertahan di ekstrakulikuler Pramuka. Di sini banyak mendapat teman dan sekarang udah seperti saudara sendiri. Beberapa di antara orang yang akan saya ceritakan berasal dari Pramuka juga lho. But, I have a special person in here. Can you guess??

Senja, hujan dan kita

Langit Senja di Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Cibiru
"..menangkap sinar senja di antara rinai hujan, selalu indah, menyilaukan. Sekali lagi, hujan menasehatiku untuk kembali sebelum dinginnya menelusuri rongga hati."

Kamis, 18 September 2014

Bukan Akhir

tak sedikit hal yang kulewati


Tertimpa Piano

Rasanya seperti tertimpa piano

Senin, 15 September 2014

Hanya saja mereka belum Sadar :D

Karena saya tidak pernah bisa menjawab pertanyaan bagaimana caranya menulis selain dengan "Ya menulis!". Bagi saya, semua sama. Kita sama dan kita bisa, hanya saja cara kita berbeda. 

..dan katanya, pada dasarnya kualitas kita awalnya sama, hanya saja dalam kehidupan kita mendapatkan 'Input' yang berbeda. 

Hari gini mah sulit 'menebak' kualitas diri seseorang dari latar belakang keluarga, pendidikan ataupun jabatan. Ya sederhanya seperti saat saya berjalan atau berkumpul dengan pimpinan unit kegiatan mahasiswa lainnya, terlihat hebat oleh MaRu. Saya menekan kan pada kata Terlihat. Karena

Saya dan perempuan manapun!

Memang sulit

Tuhan tidak pernah menduakan

"Terkadang Tuhan hanya mempertemukan bukan mempersatukan."



Benahi Tujuan! Sometimes, the simplest have a lasting impact :)

Catatan ini merupakan refleksi atau ibrah yang saya dapatkan dari acara Sidang Pengukuhan Purna Protokol Bumi Siliwangi tempo hari lalu. Hal ini pun telah saya sampaikan kepada Adinda keluarga Tangguh Tanpa Angkuh sore ini.. 

Adinda saya berpendapat bahwa pidato saya tempo hari lalu itu nampak agak kacau dari biasanya yang terstuktur tanpa teks. Dan saya menyadari itu, malu sekali. 

Hal pertama yang saya sadari adalah

Mereka Hebat bukan Main!

Ini titik mencari jati diri. Iya, titik menyadari ada yang hilang. 

"Menuju masa depan, menjaga yang mungkin hilang." (Tema Tahunan SCM) 

Tidak. Saya tidak sedang merendahkan diri sendiri, saya hanya menyadari kekurangan diri, terlambat. 

Kami berjalan di garis start yang sama, bahkan atas kepercayaan sepihak, kami dijadikan bersama dengan saya sebagai mas'ul. Tentu tugas saya menyebarkan semangat dan memastikan anggotanya hadir. Ringan sekali. 

Sampai suatu hari,

Rice - Chun Yang Hee

Untukmu yang makan banyak nasi

Tentang Rasa dan ..

Usia, telah membawa kita semakin dewasa entah hanya semakin tua. Tapi tentunya tentang rasa tak lagi membara seperti magma. Ia mungkin saja tetap mengendap. 

Menuliskan tentang rasa maka

Pekerjaan, Suami dan Istri (Aaaah, mungkin bukan judul yang tepat!)

Jangan!

Cerdas? Persepsi siapa?

 



Saat saya juara umum, saya menemukan teman yang lebih hebat tanpa juara. Begitupun sekarang, mereka hebat tanpa predikat Cumlaude :-) 

Bukan berarti mereka yang berPredikat tidak hebat. Sayang sekali


Tulisan Baru

Tanpa judul, tanpa tokoh,tanpa alur, tanpa waktu dan tanpa tempat. Hanya tulisan yang mungkin menceritakan sesuatu.. 


Kita hanya punya dua pilihan untuk

Ironi Sarkatis



Bagaimana bisa aku meminta penuh hati-nya, 

jika

rasa

"Ikuti saja apa maunya rasa. Terkadang,

Renjana; Yang Sejati Tersimpan di dalam Rasa

"Pastikan pagi dibuka oleh syukur atas cinta hari lalu dan hari ini... Selamat Membaca..." Tulisan Anjar (Penulis Novel Renjana) untuk Ummu (Pemilik buku yang aku curi). 

Selamat pagi dunia!

Riwayat yang hilang :)

Ya, entah bagaimana kertas dan map-nya hilang tepat sebelum sidang dimulai. Sidang memang undur waktunya dan ya CV saya akhirnya dibaca seadanya :( 

Ini yang harusnya dibaca saat itu, tidak penting sih tapi tetap ingin saya posting :) 

Cokelat Harmonisisasi Pikiran


Pertolongan pertama pada kebimbangan pilihan 

Kadang sih!

Kadang, kita memang harus menjauh untuk membuat orang lain merindukan kita atau setidaknya menghargai keberadaan kita. Ya, kadang sih 

Selasa, 09 September 2014

"Untuk Perempuan" : Sebuah tulisan seorang lelaki :)

Ah, saya ingin break dulu dari membaca komik dan menonton anime. Saat menyusun skripsi, saya pikir saya perlu input yang ringan dan meringankan tapi kali ini saya pikir saya perlu amunisi tambahan untuk motivasi diri :) 

Sempat sih saya membuat tulisan untuk memotivasi diri sendiri dengan judul "Kamu itu Doraemon atau Nobita?". Dan terhapus, ya sudahlah. 

Deretan buku yang berjajar acak di rak-rak buku kostan mulai dipilih untuk dibaca dan akhirnya tangan saya menarik sebuah buku bercover coklat dengan judul "Hope: Dream, Desire, Destiny" karya Andi Arsyil Rahman Putra. 


Saya membuka hal. 95 yang diawali dengan kalimat.. 

"Autumn In Paris Novel" by Ilana Tan

"Sekarang.. 
Saat ini saja... 

Asa

"Ini tersimpan. 
Kali ini aku benar-benar menyimpannya. 
Ya, baru kali ini aku menyebutkan yang ku inginkan dalam doa!. 

Maaf untuk Jodohku..

Tulis Tidak Tulis Tidak Tulis Tidak, seperti itulah yang ku pikirkan. 
Ketik Hapus Ketik Hapus Ketik Hapus, seperti itu pula yang ku lakukan. 

Dan, 
akhirnya.. 

Mereka tak bersalah!

Bagaimana pun keadaannya, saya tidak membenci ayah saya. 

Bukan karena saya tidak menghargai Alm. Ibu saya, justru karena

Ini Bukan Gombalan, Umi-ku benar-benar hebat!




Aku bahagia punya Umi yang hebat! Meskipun beliau pergi semakin aku tahu semakin aku bahagia :)

Beliau kehilangan putri pertamanya saat aku berusia delapan bulan, kehilangan pernikahannya saat aku masih balita, beranjak sekolah dasar dokter memberitahu usianya tinggal 6 bulan lagi dan guess what?