"Ini tersimpan.
Kali ini aku benar-benar menyimpannya.
Ya, baru kali ini aku menyebutkan yang ku inginkan dalam doa!.
Mereka meneriakkan nama itu, jauh dalam hati aku menginginkan yang ini.
Iya, yang ini.
Ia -yang seingatku-, nama pertama yang ku sebut dalam doaku!
Nama yang memenuhi relung talamus otakku.
Dia yang tak selalu ku lihat, justru dia yang ku ingat. Aneh memang...."
Akhirnya aku menemukan saat dimana tubuhku tak lagi mampu menunjukkan perasaanku.
Cinta tak lagi membabi buta, tak lagi berurai air mata, ia berupa Do'a.
Suka ya suka, duka ya duka.
Meski bahagia nampak tertahan dan kepedihan tak terlihat, rasanya tetap sama.
Bahkan mungkin lebih menyakitkan daripada yang terlihat atau ditunjukkan.
Kita semakin dewasa, hingga akal memenjarakan asa.
Kali ini aku benar-benar menyimpannya.
Ya, baru kali ini aku menyebutkan yang ku inginkan dalam doa!.
Mereka meneriakkan nama itu, jauh dalam hati aku menginginkan yang ini.
Iya, yang ini.
Ia -yang seingatku-, nama pertama yang ku sebut dalam doaku!
Nama yang memenuhi relung talamus otakku.
Dia yang tak selalu ku lihat, justru dia yang ku ingat. Aneh memang...."
Akhirnya aku menemukan saat dimana tubuhku tak lagi mampu menunjukkan perasaanku.
Cinta tak lagi membabi buta, tak lagi berurai air mata, ia berupa Do'a.
Suka ya suka, duka ya duka.
Meski bahagia nampak tertahan dan kepedihan tak terlihat, rasanya tetap sama.
Bahkan mungkin lebih menyakitkan daripada yang terlihat atau ditunjukkan.
Kita semakin dewasa, hingga akal memenjarakan asa.

0 obrolan:
Posting Komentar