Catatan ini merupakan refleksi atau ibrah yang saya dapatkan dari acara Sidang Pengukuhan Purna Protokol Bumi Siliwangi tempo hari lalu. Hal ini pun telah saya sampaikan kepada Adinda keluarga Tangguh Tanpa Angkuh sore ini..
Adinda saya berpendapat bahwa pidato saya tempo hari lalu itu nampak agak kacau dari biasanya yang terstuktur tanpa teks. Dan saya menyadari itu, malu sekali.
Hal pertama yang saya sadari adalah
saya salah fokus. Salah mengikuti tujuan. Tujuannya untuk terlihat baik bukan untuk menyampaikan yang baik.
Sehingga saya berusaha untuk tampil seperti orang lain dengan menggunakan teks. Saya lupa akan kelemahan terbesar saya yaitu kemampuan mengingat yang buruk. Selain itu, saya terbiasa berbicara tanpa teks dan hanya menyiapkan poin-poin yang harus disampaikan.
Menggunakan teks mengakibatkan fokus saya terpecah, karena saya harus terus kembali membaca teks serta mengingat kalimat pentingnya. Sebenarnya saya sudah berlatih untuk berbicara runtut sesuai teks selama 12 menit dan berhasil tapi sekali kali lagi saya gagal saat pelaksaan dengan waktu maksimal 6 menit. Saat di depan saya menyadari kesalahan saya dan saya gagal menguasai diri sampai akhirnya semakin kacau.
Sebelumnya saya meminta kakanda untuk mengoreksi dan mereka menjawab percaya dengan kemampuan saya sehingga tidak perlu dikoreksi. Dan sekali lagi mengecewakan.
Dari panjangnya tulisan saya di atas, saya sampaikan pada Adinda yang hari ini berlatih untuk penugasan Mokaku:
Benarkan kembali tujuan!
Ini sama seperti saat TCA Cerdas cermat, saya kebagian fokus psikologi, sains dan kewarganegaraan. Tapi, soal itu jarang keluar, saya gugup melihat wajah harap dari teman-teman saya. Dan berakhir dengan pikiran yang blank.
Sebaliknya pada saat Debat terbuka fokus saya untuk mematikan lawan dengan pemikiran sederhana yang kritis. Saya memang tidak puas dengan hasilnya tapi saya puas dengan kinerja tim saya.
Kejadian berbeda, saat mendapat amanah sebagai koordinator evaluator mokaku justru dikali pertama saya benar-benar fokus untuk memaksimalkan kemampuan tim evaluator dan itu berhasil, citra evaluator terangkat.
Kali kedua, demi menjaga citra tersebut saya melupakan hal kecil yang berdampak besar. Yes, sometimes even the simplest have a lasting impact!
Terakhir, katanya, organisasi yang baik itu tidak fokus pada struktur Tapi pada fungsi. Saya percaya organisasi yang hebat selain memiliki kader yang berkualitas tinggi juga berkuantitas banyak.
Jika memang organisasi itu baik, berarti banyak yang ingin mempertahankannya kan? :)
Adinda saya berpendapat bahwa pidato saya tempo hari lalu itu nampak agak kacau dari biasanya yang terstuktur tanpa teks. Dan saya menyadari itu, malu sekali.
Hal pertama yang saya sadari adalah
saya salah fokus. Salah mengikuti tujuan. Tujuannya untuk terlihat baik bukan untuk menyampaikan yang baik.
Sehingga saya berusaha untuk tampil seperti orang lain dengan menggunakan teks. Saya lupa akan kelemahan terbesar saya yaitu kemampuan mengingat yang buruk. Selain itu, saya terbiasa berbicara tanpa teks dan hanya menyiapkan poin-poin yang harus disampaikan.
Menggunakan teks mengakibatkan fokus saya terpecah, karena saya harus terus kembali membaca teks serta mengingat kalimat pentingnya. Sebenarnya saya sudah berlatih untuk berbicara runtut sesuai teks selama 12 menit dan berhasil tapi sekali kali lagi saya gagal saat pelaksaan dengan waktu maksimal 6 menit. Saat di depan saya menyadari kesalahan saya dan saya gagal menguasai diri sampai akhirnya semakin kacau.
Sebelumnya saya meminta kakanda untuk mengoreksi dan mereka menjawab percaya dengan kemampuan saya sehingga tidak perlu dikoreksi. Dan sekali lagi mengecewakan.
Dari panjangnya tulisan saya di atas, saya sampaikan pada Adinda yang hari ini berlatih untuk penugasan Mokaku:
Benarkan kembali tujuan!
Ini sama seperti saat TCA Cerdas cermat, saya kebagian fokus psikologi, sains dan kewarganegaraan. Tapi, soal itu jarang keluar, saya gugup melihat wajah harap dari teman-teman saya. Dan berakhir dengan pikiran yang blank.
Sebaliknya pada saat Debat terbuka fokus saya untuk mematikan lawan dengan pemikiran sederhana yang kritis. Saya memang tidak puas dengan hasilnya tapi saya puas dengan kinerja tim saya.
Kejadian berbeda, saat mendapat amanah sebagai koordinator evaluator mokaku justru dikali pertama saya benar-benar fokus untuk memaksimalkan kemampuan tim evaluator dan itu berhasil, citra evaluator terangkat.
Kali kedua, demi menjaga citra tersebut saya melupakan hal kecil yang berdampak besar. Yes, sometimes even the simplest have a lasting impact!
Terakhir, katanya, organisasi yang baik itu tidak fokus pada struktur Tapi pada fungsi. Saya percaya organisasi yang hebat selain memiliki kader yang berkualitas tinggi juga berkuantitas banyak.
Jika memang organisasi itu baik, berarti banyak yang ingin mempertahankannya kan? :)
0 obrolan:
Posting Komentar