"Menjelang senja, aku ingin menyapa...
Sahabatku yang kuat hatinya, sehat jiwanya dan bersih pikirannya, Iis Amalia Istiqomah..."
Itulah kalimat yang pernah saya tulis dalam sebuah postingan untuk salah satu Sahabat tercinta, Iis Amalia Istiqomah.
Mojang asli garut yang baru saja lulus dari Universitas Pendidikan Indonesia pertengahan tahun lalu dan merupakan adik kesayangan dari kakak-kakak yang mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung. Jadi ibarat kata, PTN bersaudara ^_^
Tubuhnya memang mungil untuk ukuran wnaita berstatus usia di atas 20 tahun dan juga guru Taman Kanak-Kanak. Tapi dibalik tubuh mungilnya, ia menyimpan sebuah mimpi besar untuk menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya, haha. Yups, menurut saya hal tersebut tidaklah sulit baginya karena ia pasti akan mandi subuh meskipun tidak ada kegiatan. Menjadi Ibu yang sangat mengerti anaknya pun pasti dilakoninya karena ia berhasil hidup satu kostan dengan saya selama lebih dari dua tahun. Itu merupakan prestasi membanggakan loh!
Dia termasuk tipe perempuan yang rajin, rapih, shalehah, pandai memasak, keibuan dan sayang suami *eh. Tapi tidak pernah malu berkawan berjalan dengan saya yang dulunya lebih cuek bebek daripada sekarang. Sekalipun saya tidak pandai memasak (mungkin karena tidak terbiasa), Umi sangat senang jika saya buatkan berbagai jenis masakan yang terbuat dari telor (karena itu satu-satunya keahlian saya).
Kami perempuan dan tentu saja seringkali terjebak kegalauan macam wanita muda lainnya, termasuk galau nonton drama korea. Sayangnya, dia tidak menyukai musik keras yang saya suka, hahaha. Bersamanya sekalipun saya membicarakan tentang organisasi kampus, tidak terdengar aneh karena saya bisa menceritakan apa saja bahkan hal yang tidak bisa saya ungkapkan di depan sahabat lainnya. Mungkin karena kami terbiasa bersama seharian, apalagi yang perlu disembunyikan. Kalaupun ada hal yang tidak dapat saya terima darinya ataupun dia terima dari sikap saya, jarang sekali membuat kami saling diam lebih dari satu hari (seingat saya, sih).
Kamu tahu, bagi pribadi kompleks seperti saya, sulit menemukan orang yang dapat menerima setiap sisi baik cerewet maupun pendiam, saat tangguh maupun sakit, sikap bodoh maupun cerdas. Semakin hari setelah kami tertarik jauh oleh jarak kehidupan, semakin saya mensyukuri pernah satu kost bersamanya meskipun sempat dicap duo galau. Hahahaaa.
Dia termasuk mahasiswa yang cerdas juga rajin, katanya saya termasuk orang cerdas yang malas. Tapi saya selalu beruntung, salah satu contohnya ketika menghadapi ujian sidang skripsi. Dia telah menyelesaikan lebih awal dengan harapan dapat segera sidang dan saya santai sampai bersentuhan dengan deadline. Namun sayangnya, pihak kampus menyiapkan jadwal sidang untuk Prodi saya lebih dulu, jadilah saya sidang lebih dulu, hahaaa.
Pernah suatu hari, saya pergi dari rumah di saat masih liburan lebaran. Tentu saja daerah kampus masih sepi dan tak ada siapapun di kostan. Akhirnya saya memberanikan diri tanpa tahu jalan untuk pergi ke rumahnya di Garut. Setelah terjebak arus mudik, saya pun sampai dan disambut hangat oleh keluarganya. Ibunya Umi saya sebut dengan Ibu Suri karena itulah nama yang ditulis dalam kontak ponsel Umi. Bahkan Umi sempat menanyakan apakah saya bersedia menjadi istri kedua kakaknya, memang gila nih orang haha.
Udah ah, tidak perlu ditulis yang baik-baik lagi. Nanti dia meleleh dan pengen nelpon saya yang Hapenya lagi sakit, kan kasian menanggung rindu berlebih. Hahaaa
Semoga seorang lelaki hebat (yang tak akan membuatku jatuh cinta) akan datang meminangmu, ia yang tak hanya datang untuk berlalu. Ia yang datang untuk menetap dan menjadi teman hidupmu. Jangan lagi tertipu oleh lelaki berlabel Shaleh ^_^
- Entah kuliah tingkat berapa ini, yang pasti baju saya masih kacau ^_^
- Semasa jadi Ketua Pelaksana dan dia apa ya? Pembuat serifikat, pengumpul foto atau humas? ^_^
- Lagi bosan di kantin kampus, menanti yang tak pasti.
- Masih di kantin dan sedang bosan.
- Lagi namu di acara milad-nya Rimbawana
- Menanti kelulusan kawan sejawat di depan lobby
- Bersama adinda Protokol Bumi SIliwangi, sesaat setelah resmi menyandang gelar S.Pd dari Universitas Pendidikan Indonesia
"Aku kembali menatap punggungmu yang berlalu. Rindu ini tak pernah cukup puas dengan pertemuan singkat. Cerita ini tak pernah habis untuk diangkat. Tentang kita, mimpi dan sahabat. Akan ada masa menatap haru, melihatmu menjadi manusia yang bermanfaat. Betapa bangganya aku dengan sahabat-sahabatku."Pondok Priangan, 13 Februari 2015.