Kamis, 26 Maret 2015

Untukmu Hujan; yang tak pernah datang sendirian

Suatu kala di linimasa
Tokoh lama tiba-tiba menyapa
Seolah dirinya dirindukan
Seolah sapaannya diinginkan
Seorang wanita di balik jendela
Menulis kata yang tak terbaca
Seolah suarany tersekat
Oleh rindu yang tersemat
Sebanyak apapun prosa ku tuliskan
Sebanyak itu pula rasa terabaikan
Setinggi apapun mimpi ku gantungkan
Setinggi itu pula hati terjatuhkan
Seorang lelaki berjalan tenang di bawah hujan,
pemilik hati yang senang berada di antara hujan.
Wahai Engkau pemilik hujan,
semoga si pengagum hujan ini dapat segera menari di antara riak dan gemercik air yang tak pernah jatuh sendirian!
Arcamanik, saat hujan siang hari di tanggal 22 Maret 2015
Azura Lazuardi

Jangan!

Jangan pernah menawarkan hal yang tidak akan pernah diperjuangkan.
Jangan pernah menawarkan hal yang tidak akan pernah diberikan.
Seperti mimpi dan hati misalnya ;)

Sang Penggenggam Hujan

"..Ku mencari jejakmu, waktu terus berlalu, tetapi dirimu adalah penantian terhebatku.." @Kang_Abay

H A N A

"Terimakasih kawan! Yakin kita bisa mendapatkan jodoh yang Baik, Pekerjaan yang Baik dan Masa depan yang juga Baik." Sebuah doa sekaligus kalimat penutup dalam http://fenofa.blogspot.com/2013/01/bunga-tangguh-itu-hana.html?m=0 .
Saat itu, saya menulis dengan penuh rasa optimis bahwa kami akan wisuda bersama. Meskipun sempat membaca catatan https://m.facebook.com/notes/hana-nurjanah/mohon-maaf-dan-terima-kasih/10150429748951271/?__tn__=C , saya tetap yakin dengan keyakinan yang dipaksakan ini. Naif memang.
Awalnya bukan ini yang ingin saya tulis namun setelah membaca notifikasi dari blogspot (entah siapa yang membuka postingan tersebut), membuat saya kembali merenung. Sebelumnya, seorang kawan bernama Lulu pun pergi dalam diam. Tanpa pernah bertemu untuk mengucapkan selamat tinggal atau sekedar bermusafahah.
Namun ternyata itu sama menyakitkannya dengan kepergian Hana yang seolah telah dia persiapkan. Saya belajar bahwa kadang rasa optimis itu tidak boleh menjadikan kita begitu ingin mendahului ketetapanNya. Sungguh Allah SWT lebih mengetahui hal yang baik untuk kita.
Hari ini saya terlalu berambisi untuk membalas dendam atas setiap waktu dari orang-orang yang kerap menemani namun terabaikan. Mereka bilang saya jadi gila 'hangout' dan 'selfie', barangkali benar. Hanya saja, saya tidak pernah ingin kehilangan kesempatan untuk membuat kenangan dengan siapapun. Maka dengan sahabat dan keluarga yang ternyata banyak, saya harus pandai menentukan hari libur untuk liburan bersama mereka.
Kata Hana dulu, saya harus bahagia dan menikmati hidup sebelum semua kenikmatan menjadi hal terlarang. Haha, ya itu sih quote yang saya edit :D
Terimakasih Hana dan semua orang yang menginspirasi meskipun mereka tak menyadari ;)



Ingat Lupa

"Barangkali kamu mengingatnya dan dia tak mengingatmu. Kenyataan hidup sesederhana itu untuk membuatmu berhenti mengingatnya." Monolog orang pelupa yang bosan dilupakan oleh yang dirindukan.

PSE



Ada orang yang menganggapku bodoh sehingga menyepelekan setiap usahaku dan mengabaikan setiap pendapatku.
Ada juga orang yang menganggapku cerdas sehingga mendengarkan setiap ocehanku dan membaca setiap tulisanku.
Mereka yang katanya lebih cerdas seringkali tercengang dengan ideku.
Mereka pun yang katanya lebih bodoh seringkali kecewa dengan sikapku.
Bagaimanapun, kebaikan tetap diikuti dan keburukan tetap dicaci.
Anggapan inilah yang hari ini kita sebut dengan persepsi. Padahal persepsi bisa jadi hanya diakibatkan oleh sebuah sensasi. Sensasi yang jelas sifatnya sementara dan belum tentu nyata. Sebuah persepsi yang menimbulkan ekspektasi atas suatu hal yang belum tentu sesuai. Namun kerap kali orang kesulitan mengakui kesalahan atas ekspektasinya atau bahkan persepsinya. Karena sensasi pertama yang diterima logika dan hatinya adalah si objek lah yang salah.
Maret 2015,
Azura Lazuardi
@fenofa

Orang Asing


Sekalipun kamu ada, kamu tetap tidak akan menyapa. Jadi, aku membiarkan diriku menjadi orang asing sedikit demi sedikit.
~ Azura Lazuardi ~

Selasa, 17 Maret 2015

Luka Hati Seorang Gadis Kecil

Cover buku Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil
Sebuah buku karya Torey hayden yang mengisahkan tentang perjuangannya menghadapi salah satu anak berkebutuhan khusus yang bahkan dianggap gila oleh orangtuanya sendiri dan bercerita tentang pekerjaannya yang barangkali tidak diinginkan oleh banyak orang. Ini bukan review, saya hanya ingin membagikan perasaan yang terungkap dalam kata-kata. Tulisan dalam buku ini mewakili perasaan dari manusia-manusia yang disebut dewasa dan mencintai dunia anak-anak yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Bukan gila, bukan. Seingat saya, seorang ahli psikologi anak berkebutuhan khusus sempat menjelaskan (di sela-sela materi workshop-nya) bahwa kata normal tidak dapat lagi digunakan untuk menyebut mereka yang "pada umumnya". Karena seseorang yang berbeda dari kelompoknya bisa jadi justru yang keadaan jiwanya paling sehat.

Berikut ini tulisan yang membuat saya ingin membacanya lagi dan lagi:

1. "Kasih itu menyembuhkan, bagi yang memberi dan yang menerima." Dr. karl Menninger

2. "Namun pada dasarnya saya seorang pemimpi. Di atas segala perilaku anak-anak yang tidak bisa dimengerti dan kerentanan saya sendiri, di atas segala kekecewaan dan keraguan-diri, saya membangun impian yang saya akui jarang sekali terwujud, yaitu bahwa segala sesuatu dapat berubah. Dan sebagai pemimpi, impian saya tidak mudah mati." Torey Hayden hlm. 86

3. "... rasanya seperti membaca buku harian seseorang, ketenangan dari tulisan itu justru membuat kata-katanya terasa lebih menyedihkan." Torey Hayden hlm. 149

4. "... sebab saya tahu jika saya memasukkannya ke dalam kesadaran, saya akan merasa lebih kecewa lagi jika anak-anak didik saya gagal. Atau ketika saya gagal. Itulah yang mematikan semua orang dalam masalah ini: mengetahui bahwa mereka terlalu peduli. Maka saya berusaha untuk tidak melihatnya. Saya seorang pemimpi, tetapi impian saya sangat mahal. Untuk kami semua." Torey hayden hlm. 190

Bagi siapapun yang pernah membaca buku tenatng seorang gadis bernama Sheila atau Toto-chan serta pernah menghadapi special-need pasti tahu rasanya menjadi begitu terlalu peduli dan optimis di tengah kenyataan yang terus menghimpit hati.

Setidaknya saya, mungkin juga Anda.

Jumat, 13 Maret 2015

Sebuah komentar


Bahkan kesadaran bahwa kita gagal move on pun merupakan hasil dari usaha move on itu sendiri. Barangkali bukan hanya kita yang punya sejuta cerita dengan orang yang sama dan barangkali pula sebuah kemungkinan dari ketidakmungkinan dapat hadir mengejutkan hati kita. Sebuah aliran mengejutkan yang bersenandung merdu, mengaliri setiap arteri dan bergaung syahdu di hipotalamus berhari-hari bahkan seumur hidup menemani.

Sebuah komentar untuk tulisan dalam blog pratiwihamdhana.com 

Kamis, 12 Maret 2015

Ku sebut dirinya Umi

"Menjelang senja, aku ingin menyapa...
Sahabatku yang kuat hatinya, sehat jiwanya dan bersih pikirannya, Iis Amalia Istiqomah..."
Itulah kalimat yang pernah saya tulis dalam sebuah postingan untuk salah satu Sahabat tercinta, Iis Amalia Istiqomah.
Mojang asli garut yang baru saja lulus dari Universitas Pendidikan Indonesia pertengahan tahun lalu dan merupakan adik kesayangan dari kakak-kakak yang mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung. Jadi ibarat kata, PTN bersaudara ^_^
Tubuhnya memang mungil untuk ukuran wnaita berstatus usia di atas 20 tahun dan juga guru Taman Kanak-Kanak. Tapi dibalik tubuh mungilnya, ia menyimpan sebuah mimpi besar untuk menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya, haha. Yups, menurut saya hal tersebut tidaklah sulit baginya karena ia pasti akan mandi subuh meskipun tidak ada kegiatan. Menjadi Ibu yang sangat mengerti anaknya pun pasti dilakoninya karena ia berhasil hidup satu kostan dengan saya selama lebih dari dua tahun. Itu merupakan prestasi membanggakan loh!
Dia termasuk tipe perempuan yang rajin, rapih, shalehah, pandai memasak, keibuan dan sayang suami *eh. Tapi tidak pernah malu berkawan berjalan dengan saya yang dulunya lebih cuek bebek daripada sekarang. Sekalipun saya tidak pandai memasak (mungkin karena tidak terbiasa), Umi sangat senang jika saya buatkan berbagai jenis masakan yang terbuat dari telor (karena itu satu-satunya keahlian saya). 
Kami perempuan dan tentu saja seringkali terjebak kegalauan macam wanita muda lainnya, termasuk galau nonton drama korea. Sayangnya, dia tidak menyukai musik keras yang saya suka, hahaha. Bersamanya sekalipun saya membicarakan tentang organisasi kampus, tidak terdengar aneh karena saya bisa menceritakan apa saja bahkan hal yang tidak bisa saya ungkapkan di depan sahabat lainnya. Mungkin karena kami terbiasa bersama seharian, apalagi yang perlu disembunyikan. Kalaupun ada hal yang tidak dapat saya terima darinya ataupun dia terima dari sikap saya, jarang sekali membuat kami saling diam lebih dari satu hari (seingat saya, sih).
Kamu tahu, bagi pribadi kompleks seperti saya, sulit menemukan orang yang dapat menerima setiap sisi baik cerewet maupun pendiam, saat tangguh maupun sakit, sikap bodoh maupun cerdas. Semakin hari setelah kami tertarik jauh oleh jarak kehidupan, semakin saya mensyukuri pernah satu kost bersamanya meskipun sempat dicap duo galau. Hahahaaa.
Dia termasuk mahasiswa yang cerdas juga rajin, katanya saya termasuk orang cerdas yang malas. Tapi saya selalu beruntung, salah satu contohnya ketika menghadapi ujian sidang skripsi. Dia telah menyelesaikan lebih awal dengan harapan dapat segera sidang dan saya santai sampai bersentuhan dengan deadline. Namun sayangnya, pihak kampus menyiapkan jadwal sidang untuk Prodi saya lebih dulu, jadilah saya sidang lebih dulu, hahaaa.
Pernah suatu hari, saya pergi dari rumah di saat masih liburan lebaran. Tentu saja daerah kampus masih sepi dan tak ada siapapun di kostan. Akhirnya saya memberanikan diri tanpa tahu jalan untuk pergi ke rumahnya di Garut. Setelah terjebak arus mudik, saya pun sampai dan disambut hangat oleh keluarganya. Ibunya Umi saya sebut dengan Ibu Suri karena itulah nama yang ditulis dalam kontak ponsel Umi. Bahkan Umi sempat menanyakan apakah saya bersedia menjadi istri kedua kakaknya, memang gila nih orang haha.
Udah ah, tidak perlu ditulis yang baik-baik lagi. Nanti dia meleleh dan pengen nelpon saya yang Hapenya lagi sakit, kan kasian menanggung rindu berlebih. Hahaaa
Semoga seorang lelaki hebat (yang tak akan membuatku jatuh cinta) akan datang meminangmu, ia yang tak hanya datang untuk berlalu. Ia yang datang untuk menetap dan menjadi teman hidupmu. Jangan lagi tertipu oleh lelaki berlabel Shaleh ^_^
268229_240290585981791_2566281_n
Entah kuliah tingkat berapa ini, yang pasti baju saya masih kacau ^_^
252318_249401201836053_645358741_n
Semasa jadi Ketua Pelaksana dan dia apa ya? Pembuat serifikat, pengumpul foto atau humas? ^_^

1948131_10202312016019427_826802681_n
Lagi bosan di kantin kampus, menanti yang tak pasti.
1902716_10202312029939775_1495288947_n
Masih di kantin dan sedang bosan.
10339704_619711531471683_252488114623942325_n
Lagi namu di acara milad-nya Rimbawana
10454331_830536413623869_1695631752119108029_n
Menanti kelulusan kawan sejawat di depan lobby
1422355_10203473158247257_5607198996794009380_n
Bersama adinda Protokol Bumi SIliwangi, sesaat setelah resmi menyandang gelar S.Pd dari Universitas Pendidikan Indonesia
"Aku kembali menatap punggungmu yang berlalu. Rindu ini tak pernah cukup puas dengan pertemuan singkat. Cerita ini tak pernah habis untuk diangkat. Tentang kita, mimpi dan sahabat. Akan ada masa menatap haru, melihatmu menjadi manusia yang bermanfaat. Betapa bangganya aku dengan sahabat-sahabatku."Pondok Priangan, 13 Februari 2015.

Memasak

Ilustrasi di dapat dari pencarian Google
Ilustrasi di dapat dari Google dengan keywords Cooking Mother in law and Wife

***
Ibu memasang muka masam, tetapi hanya sebentar. Aku tertunduk, teringat sekali dulu Ibu bilang bahwa Ibu ingin sekali seseorang yang pintar memasak, paling tidak seperti Ibu. Ibuku pandai sekali memasak. Katanya, masakan itu bisa bikin tambah cinta.

Lantas Ibu berbicara.
Ibu: "Hahaaa tidak apa-apa, Nak."
Aku: "Sungguh Bu? Bukankah dulu Ibu ingin perempuan yang pintar memasak sebagai salah satu syaratnya?"
Ibu: "Nanti Ibu yang akan mengajarinya, Ibu yang akan menggemblengnya. Kau tenang saja, paling dalam waktu empat puluh hari, dia sudah jadi koki hebat seperti Ibu. Hahaha."
Ibu tertawa sejenak, aku lega.
Ibu: "Nak, kamu beruntung."
Aku: "Beruntung untuk apa, Bu?"
Ibu:" Karena calonmu itu belum bisa memasak. Kelak kau menjadi laki-laki pertama yang mencicipi masakannya. Setidak enak apa pun, kau pasti akan tersentuh ketika dia berusaha keras untuk memasak makanan itu untukmu. Kau adalah laki-laki yang beruntung karena yang merasakan masakannya pertama kali."
Aku: "Hahaha, Ibu bisa saja. Terima kasih, Bu."
***
Dikutip dari buku Hujan Matahari karya Kurniawan Gunadi

Selamat Musim Menanti untukmu Makhluk Bumi!

Selamat musim panas, Senja!
Selamat musim semi, Matahari!
dan selamat musim penghujan untukmu yang bukan Senja bukan pula Matahari!

Entah apa sebutanmu nanti,
yang terjadi nanti, biarlah terjadi nanti.
Tak usah kita paksakan hari ini terjadi!

Aku masih disini jika kau mencari,
tentu masih menatap asa di langit senja,
tentu juga masih bermimpi menghampiri matahari.

Tapi kau tak perlu risau,
aku pun masih menyediakan tempat untukmu, dihatiku.

Karena bisa jadi, justru kau yang berhasil menggantung asa dan mimpi-mimpi ini,
di langit berpendar cahaya warna-warni,
di tempat jiwaku berdiri,
di tempat hatimu menanti.

Kau tahu, aku disini.
Selamat musim menanti untukmu mahkluk bumi!

10 Maret 2015

Surat dari Pasien Fiksi

Tuhan ini surat kesekian kali dan aku tahu banyak surat berdatangan kepada-Mu
Mungkin kata-katanya pun senada, ceritanya pun serupa
Tapi pemikiran ini terus menghantui, meskipun pernah sesaat untuk pergi

Bila nanti keadaanku memburuk seiring waktu,
tak bisakah kau percepat?
Agar tak banyak orang berharap.

Namun bila keadaanku memang akan membaik,
tak bisakah kau percepat juga?
Agar tak sia-sia aku berharap.

Meskipun aku yakin memang tidak ada yang sia-sia
Tapi rasanya seperti dipermainkan
Aku pun tahu, Kau tak pernah berniat mempermainkanku

Aku tak bisa lagi membedakan antara sugesti dan kebenaran
Aku selalu merasa cukup kuat dan sehat untuk masuk kategori sakit
Di sisi lain, aku merasa kalah oleh mereka yang katanya sakit dan menganggapku sehat

Jadi Tuhan, tak bisakah kau buat semua ini menjadi lebih mudah?
Iya, sekarang pun memang sudah terlalu mudah

Aku memang tak tahu diri karena meminta bernegosiasi

UntukMu dariku 
seorang pasien fiksi

Tak Apa ^_^

Setelah lepas dari amanah memimpin, pengurus lama maupun baru memberikan apresiasi yang membuat saya tersanjung namun beberapa orang sesama pimpinan berkomentar bahwa sebenarnya kepemimpinan saya tidak lebih baik dari yang baru dan juga banyak cacatnya. Saya hanya tertawa karena menertawakan kekurangan diri sendiri kadang memang diperlukan.
Saya pun tak ingin kepengurusan berikutnya menjadi setidak baik kepengurusan saya maka saya gunakan amanah saya dalam membimbing dengan pemberian amunisi berupa motivasi. Tidak sekalipun saya ingin mengatakan kepada mereka: "Dulu teteh gagal jadi kalian sekarang jangan sok keren pake coba-coba, usaha kalian bakal sia-sia!"
Tidak sekalipun pula saya ingin bersaing dengan adik-adik kepengurusan yang baru karena kita memiliki tujuan yang sama, mengapa harus saling menjatuhkan? Betapa saya bersyukur pernah ditemani pengurus yang penuh semangat juang dan hari ini dikelilingi orang-orang yang tak lelah menghampiri mimpi.
Tak apa jika hari ini kita ditertawakan, tak apa jika hari ini kita disiasiakan, tak apa jika hari ini kita bukan siapa-siapa. Tak apa, selama kita tak henti bergerak meski wajah berhias keringat dan air mata. Tak apa ;)

"Yang Tak"

"Ini tentang hidup yang tak dapat ku tuliskan,
ini tentang hati yang tak dapat ku katakan,
ini tentang keputusan yang tak dapat aku sampaikan,
ini tentang aku yang tak boleh menerimamu."
Azura Lazuardi, 5 Mei 2015.

Hujan Matahari

Sebuah buku karya Kurniawan Gunadi.

Ini bukan review ataupun resume, ini tentang perasaan seorang pembaca yang gemar menulis seenaknya dan menemukan tulisan yang sejenis ambigunya. Nanti akan ku uraikan tapi tidak sekarang. Sekarang, rasanya sulit lepas dari buku ini. Baca lagi dan lagi, aku suka cara penulis ini menguraikan idenya.
*bersambung

:D

Karena mereka yang mengeluhkan kecerewetanku,
justru pada akhirnya akan membenci sisi pendiamku.
10590652_585988711510632_7168686325202667968_n
Euforia kemenangan di Temu Civitas Academica Universitas Pendidikan Indonesia di Kampus Purwakarta

Nak!

"Nak, orang yang menyepelekan hal-hal kecil tidak pantas menerima hal-hal yang lebih besar."
Seorang Ayah dalam buku Hujan Matahari karya Kurniawan Gunadi

Kenal

10308159_945247438841128_8786727217421321414_n
Hanya Ilustrasi
"Selama ini, aku baru menyadari. Kamu memang benar-benar mengenalku karena aku yang mengenalkan banyak hal tentang diriku padamu bukan karena kamu memperhatikanku."
Azura Lazuardi

Teman Hidup

377849-inuyasha4Suatu senja di tanah pengasingan, kami duduk di selasar asrama. Tanpa basa-basi dan tanpa pula menoleh kepadaku, masih dengan tatapan lurus ke depan seolah menatap asa, ia berkata...
"Katanya, aku hanya baik untuk menjadi teman. Seseorang untuk bertukar cerita dan berbagi tawa, bukan teman hidup. Bukan pula sosok wanita untuk dilindungi atau sekedar diberi sandaran bahu jika menangis..."
Aku hanya menoleh kepadanya tanpa berkata apapun namun dengan tatapan penuh tanya, tanya yang sebenarnya tak perlu penjelas.
"Tapi barangkali ada pendapat lain dari seseorang yang belum ku ketahui. Seseorang yang akan tertarik untuk melihat semua warna diri dan menemani semua suasana hati. Mungkin ada.." lanjutnya.
Dalam gerakan lambat, ia menjatuhkan kepalanya di bahuku dan juga air mata di bajuku. Aku hanya meliriknya sekilas kemudian menghela nafas. Lirih aku berkata...
"Oneday, we will meet them! InshaAllah"
Aku pun ikut memandangi asa di langit senja, masih dengan posisi yang sama. Teringat sebuah testimoni dari washington post book world untuk Sheila; Luka Hati Seorang Gadis Kecil.
"...Inilah ketakutan universal, perasaan bahwa kita tidak cukup pantas untuk dicintai, juga ketidakmampuan universal untuk mengungkapkan sumber penderitaan/kesedihan."

Bingung

Kadang aku bingung,
apakah kau hanya ingin berbicara padaku atau kau juga ingin berbicara denganku?
Karena kau pernah mengatakan bahwa saat orang lain bercerita, kita harus mendengarkan dan hanya mendengarkan. Biarkan orang lain berbicara sepuasnya. Tapi saat hal itu ku lakukan padamu, kau tiba-tiba menyebutku jahat dan tidak menyenangkan. Padahal aku mengikuti kata-katamu dan mengikuti caramu mendengarkan ceritaku. Aku sungguh bingung.
Apakah aku mendengarkan nasehat yang salah atau mendengarkan orang yang salah?

Ini Tentang Hati Calon Istri

Di kala senja, teringat sebuah tulisan karya amanda yang berjudul "Ini tentang hati seorang akhwat". Menurut saya kontennya efektif dan berani namun tetap lembut. Maka saya pun memberanikan diri menulis ini, berusaha mewakili perasaan para sahabat wanita.. 

*** 

Ini tentang hati calon istri, seorang wanita yang tentunya ingin dinikahi. 
Ini tentang hati calon istri, seorang wanita muda yang berusaha menjadi wanita dewasa. 
Ini tentang hati calon istri, seseorang yang mungkin kau kenal baik dan telah berubah. 
Ini tentang hati calon istri, seorang perempuan yang ingin mencintai halalnya. 
Ini tentang hati calon istri, seorang pribadi yang ingin meringankan beban halalnya meskipun menyadari kelemahannya. 
Ini tentang hati calon istri, seorang pribadi yang mengkhawatirkan kelebihannya akan memberatkan halalnya. 
Ini tentang hati calon istri, seorang pribadi yang menunggu dinikahi. 

Ini tentang hati calon istri, seorang perempuan yang ingin sajian masakannya dipuji. 
Ini tentang hati calon istri, seorang perempuan yang ingin hasil jahitannya disenangi buah hati. 
Ini tentang hati calon istri, seorang perempuan yang ingin tatanan rumahnya dikagumi mertua. 
Ini tentang hati calon istri, seorang perempuan yang ingin keluarganya tak pernah merasakan kekurangan apapun. 

Ini tentang hati calon istri, seorang perempuan yang dalam diamnya menyimak semburan ide halalnya. 
Ini tentang hati calon istri, seorang wanita yang ingin bersuara bersama halalnya, melantunkan ayat-ayat cinta. 
Ini tentang hati calon istri, seorang wanita yang bermimpi menjadi mukmin dari Imam halalnya. 

Ini tentang hati calon istri yang bahkan belum tahu lelaki yang akan dinikahi. 

Ini tentang hati calon istri, pancaran warna rasa dari setiap wanita muda. Ya, seperti kita ;)


4 November 2014

Selasa, 03 Maret 2015

Terpukau


Kutipan Berdebu

Beberapa waktu yang lalu, saya merasa bosan dengan semua buku dan komik yang terbaring di atas kasur. Lebih bosan lagi karena tidak semua buku saya bawa pindah ke kostan baru ini. Namun, saya teringat sebuah buku lusuh yang sengaja saya bawa ke kostan untuk jadi reminder jika saya lelah menghebatkan diri. Salah satu kenangan dari IMSS (International Muslim Student Summit) 2012, buku Supermuslimah karya Ratna Nataliani.

Di cover dalam buku tersebut saya menemukan tulisan lama tertanggal 20 Juli 2012,