Beberapa waktu yang lalu, saya merasa bosan dengan semua buku dan komik yang terbaring di atas kasur. Lebih bosan lagi karena tidak semua buku saya bawa pindah ke kostan baru ini. Namun, saya teringat sebuah buku lusuh yang sengaja saya bawa ke kostan untuk jadi reminder jika saya lelah menghebatkan diri. Salah satu kenangan dari IMSS (International Muslim Student Summit) 2012, buku Supermuslimah karya Ratna Nataliani.
Di cover dalam buku tersebut saya menemukan tulisan lama tertanggal 20 Juli 2012,
Setelah membaca beberapa halaman, saya pun menemukan tempelan kertas kecil di halaman 34. Saya baca kembali tulisan tangan yang terasa masih baru padahal sudah tiga tahun berlalu,
Hal tersebut terkait dengan banyaknya perempuan yang mengatasnamakan 'seadanya' untuk menutupi kemalasannya dalam menampilkan sebaik-baik diri (outer beauty) dan berpindah ke halaman 48 saya menemukan kembali catatan kecil dengan judul No Labelling Please!. Saya menuliskannya terkait tulisan pada halaman 49,
Barangkali memang mudah memotivasi diri sendiri untuk berlari namun,
Atau justru kita malah kebingungan di awal, selalu merasa gagal dalam metamorfosis. Padahal ....
Dengan posisi yang 'pasti' didengar, kita dapat lebih mudah menyuarakan kebenaran namun tentu itu pun diiringi dengan godaan. Hal tersebut tentu menuntut siapapun untuk pandai mengatur hati bukan hanya posisi. Posisi yang bergengsi kerap pula memberikan kesempatan untuk setan mengusik hati atau memang kita sendiri yang membiarkan hati tersandung. Dalam buku ini pun terdapat beberapa pertanyaan yang menggelitik,
Di cover dalam buku tersebut saya menemukan tulisan lama tertanggal 20 Juli 2012,
"Seorang wanita mampu memegang ayunan dengan tangan kirinya dan mengguncang dunia dengan tangan kanannya."
Setelah membaca beberapa halaman, saya pun menemukan tempelan kertas kecil di halaman 34. Saya baca kembali tulisan tangan yang terasa masih baru padahal sudah tiga tahun berlalu,
"Namun, ketika kita merasa cukup dengan penampilan seadanya. Apakah benar Allah pun merasakan yang sama?"
Hal tersebut terkait dengan banyaknya perempuan yang mengatasnamakan 'seadanya' untuk menutupi kemalasannya dalam menampilkan sebaik-baik diri (outer beauty) dan berpindah ke halaman 48 saya menemukan kembali catatan kecil dengan judul No Labelling Please!. Saya menuliskannya terkait tulisan pada halaman 49,
"... Kita tidak bisa mengenali potensi kita apabila ia tertutup oleh sugesti-sugesti yang tidak benar ..."
Barangkali memang mudah memotivasi diri sendiri untuk berlari namun,
"Ini penting. Bagaimana bisa kamu dalam sebuah perlombaan lari, kemudian di tengah jalan kamu lupa kemana dan kenapa kamu harus tetap berlari?" halaman 77
Atau justru kita malah kebingungan di awal, selalu merasa gagal dalam metamorfosis. Padahal ....
"All you have to do is maximize your strength and minimize your weakness. Simple? Yes, but mostly isn't that easy, girls..." halaman 85Seringkali pula kita membatasi potensi diri dengan menghindari setiap amanah atau yeaaaah bargaining position. Itu pula yang sempat saya alami, ketika saya menyenangi fungsi memimpin tapi tak ingin menduduki posisi pimpinan yang penuh resiko tersebut. Hari ini saya menyadari sepenuhnya atau teringat pada saat pertama kali saya melangkah, karena amanah dapat memberikan kita kesempatan untuk membahagiakan orang lain.
"Sadarilah, bagaimana kamu dapat berbicara dengan kaummuadalah suatu hal yang penting." halaman 106
Dengan posisi yang 'pasti' didengar, kita dapat lebih mudah menyuarakan kebenaran namun tentu itu pun diiringi dengan godaan. Hal tersebut tentu menuntut siapapun untuk pandai mengatur hati bukan hanya posisi. Posisi yang bergengsi kerap pula memberikan kesempatan untuk setan mengusik hati atau memang kita sendiri yang membiarkan hati tersandung. Dalam buku ini pun terdapat beberapa pertanyaan yang menggelitik,
"Kamu seorang pemudi?Dan satu hal yang mungkin pernah terjadi pada kita atau setidaknya saya. Judulnya menjaga hati agar mendapatkan yang hakiki di akhir nanti padahal isi ceritanya hanya sedang menanti ia yang berhasil memikat hati.
aktif bersosialisasi?
ahli organisasi?
banyak teman lelaki?
gak berani pulang sendiri? (?)
atau, suka susu sapi? (?????)
saatnya mahir memanajeri hati!"
Halaman 149
"Ngerti gak? Ia tidak mau memberi kesempatan kepada lelaki manapun untuk mendekatinya lantaran ia sudah memiliki seorang pujaan hati! Selama ini ia menjaga dirinya untuk mempersiapkan diri menjadi pasangan hidup pujaan hatinya itu. LOHKOK?!
Luruskan niatmu, ukhti... Untuk siapa diri ini dijaga? Bukankah karena amanah Allah SWT?..." halaman 157Yup, itulah beberapa kalimat yang telah saya baca (lagi) untuk sekedar me-reminder. Sometimes, kita tidak sadar ketika langkah yang diambil ternyata telah berubah haluan meskipun beberapa derajat.Untuk meluruskannya kembali, kita perlu peta dan kompas. Bahkan, seorang teman.
0 obrolan:
Posting Komentar