Senin, 12 Oktober 2015

"Siapa yang Paling Dekat?"

Suatu hari di selasar Masjid As-Sakinnah, saya kembali menerapkan sosiometri untuk melihat perkembangan sosialisasi antar pengurus beda angkatan. Di antara semua pertanyaan, saya menyelipkan satu pertanyaan, "Siapakah Kakanda (sebutan untuk senior) yang kalian anggap paling dekat atau akrab?".

Setelah melihat hasil jawaban, saya terkejut. Karena beberapa orang yang saya pikir akan menyebut nama saya, ternyata tidak. Tapi saya lebih terkejut atau bisa dibilang tertarik dengan satu jawaban dari seorang Adinda (sebutan untuk junior). Kurang lebih seperti ini jawabannya:
"Saya sebenarnya ingin menuliskan Kakanda Febby tapi saya tidak yakin Kakanda Febby juga merasa dekat dengan saya."
Touching!
 
Hari ini, akan saya rubah pertanyaan untuk setiap Adinda yang memilih saya, "Masih dekatkah kita?".


Yup, ini bisa jadi sebuah analogi. Jika saja saya balik pertanyaan untuk diri sendiri sebagai pimpinan pada saat itu, "Siapakah Adinda yang paling dirasa dekat/akrab?". Saya pun tersadar bahwa sulit sekali memilih satu nama di antara banyaknya Adinda yang saya rasa akrab dan ternyata lebih sulit lagi memilih Adinda yang juga sekiranya merasa akrab dengan saya. Akrab bukan karena amanahnya tapi memang karena kepribadiannya. Sulit!

Maka analogi ini dapat kita gunakan untuk hal serupa lainnya. Seperti:
"Siapakah sahabat yang paling dekat dengan kita?"
Bisa saja kita menyebutkan satu nama tapi apakah yang disebut namanya merasakan hal yang sama?

Atau
"Sebutkan nama-nama teman yang akrab denganmu?"
Sekalipun kita mengisi dengan 1000 nama teman, belum tentu mereka yang disebutkan pun merasa akrab dengan kita.


Namun sekali lagi kawan, ini pertanyaan memang untuk diri sendiri. Tak apa jika yang disebut tak merasa. Toh, kita tak merugikan mereka ;)

Maka wajar jika banyak lelaki yang memiliki keberanian pun tetap membutuhkan kepastian. Ah, ini bukan kode!

0 obrolan:

Posting Komentar