No Labelling, please !
Itulah kalimat yang selalu ingin saya teriakan pada
mereka, mereka yang sadar tidak sadar mengganjal kemajuan saya. Mereka yang
salahsatunya adalah diri saya sendiri.
Hari itu, amanah bejibun, bejibun bagi saya yang amatiran
ini. Saya benar-benar merasa give up. Masih diruangan yang sama, ada lebih dari
3 tugas yang harus diselesaikan. Jika saya yakin dan tekun sebenarnya mudah
saja. Toh, semua tugas itu tidak jauh dari pengetikan dokumen saja. Tapi.. Apakah
kalian pernah merasa, tidak dipercayai dan diinginkan oleh pimpinan hanya
karena tugas kalian tidak sedikit atau karena kalian biasa dikenal sebagai
Trouble-Maker ?. Dan itu yang saya rasakan. Saya hanya ingin membuktikan saya
bisa, saya menginginkan kepercayaan dan kesempatan. Bukan lagi lagi cemoohan
dan hinaan meski itu dibungkus dengan candaan.
Tidak mudah membangun kepercayaan diri ditengah
orang-orang yang tidak mempercayaimu. Apalagi jika mereka pernah menjadi orang
terdekatmu dan mengetahui kelemahanmu. Tidak sedikit orang yang khawatir saya
akan melakukan kesalahan seperti sebelum-sebelumnya bahkan mungkin lebih parah,
tapi justru itu yang
membuat saya selalu ketakutan dan kikuk. Rasa khawatir
–yang tidak selalu mereka tunjukkan tapi terlihat- itu mensugesti saya bersikap
buruk. Saya memang berbeda. Jika kalian menganggap saya baik, saya juga bisa
menunjukkannya. Saya yakin. Bukankah setiap orang punya kesempatan untuk
menunjukkan kebaikan yang ada pada dirinya, itupun jika kita memberinya
kesempatan.
Dulu sekali, sebelum saya mengalami krisis keyakinan diri
ini, sebuah catatan membuktikan saya pernah menulis : “Jangan pernah tinggalkan
dirimu sendiri meski seluruh dunia tak lagi bersamamu.” Kini saya tahu mengapa
saya menulis kalimat ini dulu.
Haha, lucu, Label itu membuat pakaian menjadi mahal atau
murah. Label itu mengarahkan kita pada sudut pandang tertentu. Bohong
Bangetlah, kalau kita menilai sama dua pakaian dengan label berbeda. Atau
menilai Pakaian bagus berlabel murah sama dengan Pakaian jelek berlabel bagus.
Dan saya tidak punya pilihan selain membuktikan saya bisa. Saya harus mau,
mampu dan maju dibawah tekanan. Karena seorang sahabat pernah berbagi bahwa
Ketika kita mulai kehilangan kepercayaan, hanya bukti dari aksi nyatalah yang
dapat merubahnya.

0 obrolan:
Posting Komentar