Jumat, 11 Oktober 2013

Menikah

Bukankah itu judul yang bagus dan menggelitik?
benarkan? Ayo ngaku deh. *loh jadi maksa gini sih* hehe

Sekedar berusaha konsisten. Saya mulai memakai akun Fenofa untuk berbagi status dan akun ini untuk berbagi note, saja. Semoga saya bisa :)


Tentang judul di atas, tadinya saya ingin meneruskan rencana tweets about Man. Tapi, tangan saya kelu, rasanya ada yang aneh. Memang, karena bagi saya yang seorang 'mantan' cewek tomboy, cucu yang dinantikan pernikahannya, aktivis kampus yang 'bengis', Mantan Ikhwah, Pecinta Kpop dan Perempuan malas ini... membicarakan Pria menjadi sesuatu yang tabu (kecuali dengan orang-orang terdekat).

Alhamdulillah, saya terlahir sebagai perempuan yang tentunya pernah setidaknya satu kali dalam hidup memimpikan menikah dengan pangeran berkuda putih. Atau saat dewasa berubah menjadi, dijemput jodoh yang kita nantikan.

Yah, tapi hidup tidak selalu melulu tentang hal sederhana nan sulit itu kawan.


Seorang senior lelaki pernah mengatakan kepada saya, " Nanti kamu akan mengerti kenapa orang tua memikirkan Bibit Bebet dan Bobot calon menantunya ". Beliau masih berstatus mahasiswa yang memiliki 'tunangan'. Saya sadar, jika nanti jodoh saya lebih baik atau lebih buruk ternyata bukan hanya saya yang senang atau kecewa, tapi semua keluarga. Dan entah yang seperti apa baik buruk itu.


Lingkungan mengenalkan saya dengan prinsip lelaki Mapan. Yang punya KTP (kaya tampan pintar) dan SIM (surat izin menikah). Woalah, berat nyooo, kenapa berat? saya sih sadar kualitas diri walaupun masih bermimpi mendapatkan pangeran berkuda putih, hehe.


Kadang orang salah mengira. Sering saya dengar pendapat teman dan tetangga tentang saya dan keluarga saya yang pemilih. Padahal, saya tidak pernah memilih siapa yang ingin saya sukai, saya hanya menyukainya. Begitupun untuk menikah.


Jauh sebelum mereka punya Amanah, bahkan ketika fitnah berdatangan untuknya, Sedingin atau secerewet apapun lelaki itu, Jika ia sadar siapa tuhannya, dirinya dan saya. Jika ia tahu apa yang dia mau. Jika ia mencintai sesama dan pekerja keras. Jika ia menerima saya dan keluarga saya. Jika ia berencana untuk menjadi hebat, setidaknya untuk keluarga. Jika saja ia benar-benar ada dan datang padaku...memintaku sekaligus menerimaku.. InsyaAllah, aku akan bahagia.


Dan pada kenyataannya, impian itu bisa saja datang atau dalam wujud lain :)


Aku yakin banyak perempuan bermimpi shalat berjama'ah bersama jodohnya sebagai imam, mengurus anak bersama, menjadi penghibur hati suami, menemani belajar anaknya dan disenangi keluarga besar. Serta tak malu lagi bersikap manja pada suaminya (eits, manja yang manis tentunya bukan yang nyebelin).


Yah, itu sih pikiranku saat ini tentang menikah :)

Entahlah, aku memang belum siap dan belum punya calon tapi aku ingin menikah sebelum wisuda. Agar masa depanku setelah itu sudah seizin suami :)



8 July 2013 at 12:34

0 obrolan:

Posting Komentar