Kamis, 20 November 2014

Pendakian Fiksi


"kamu gak capek?" tanya Zico pada teman pendaki di depannya. 

Tak terdengar jawaban. 

"Hey, kamu gak capek?" Tanyanya lagi sembari menaikkan nada dan volume suara, mungkin juga emosi. 

Kemudian, dua orang di depannya serempak berbalik dan memasang raut wajah seolah bertanya, "Kamu nanya aku?". 


"Iya, kamu yang berkerudung sendirian di antara kita." 
"Belum." Jawab Ziara yang langsung kembali menghadap ke depan melanjutkan pendakian. 

"Kamu yakin gak capek? Tas kita sama beratnya loh." 
"Belum." 
"Jangan macem-macem deh, pita kuning di jaket kamu tuh bukti peserta mengkhawatirkan!" 
"Kalem." 
"Sok tangguh banget sih, udah pucet gitu juga. Susah dapet jodoh loh nanti." 

Ziara teringat pesan kakak mentornya tentang perempuan yang harus menunjukan kelemahannya agar lelaki dapat kesempatan menunjukan kehebatannya. 

Ziara berbalik dan sambil terbata-bata menahan rasa lelah tubuhnya berkata, "Kamu daritadi entah menghabiskan berapa banyak energi yang mungkin nanti akan berguna untuk menyelamatkan kita. Badan ini mungkin gak sekuat badan yang kamu punya tapi jiwa yang punya nih badan masih sanggup ngatur energi biar tahan sampai puncak. Kalaupun capek dan mau pingsan, nanti juga lapor. Tahu diri kok! Terimakasih buat rasa kasihan ataupun khawatirnya tapi simpan saja, simpan energi kamu sendiri." 

Sebelum hampir berbalik, ia berkata lagi pada Zico yang masih terdiam, " Oh ya, dan lagi, gak semua laki-laki di bumi ini lemah! Gak semua dari mereka takut perempuan tangguh, karena mereka lebih tangguh. Kamu mungkin bukan salah satunya." 

Zico terdiam. Ziara berbalik lagi sembari mengatur nafasnya dan *Dug*, ia langsung menabrak Zeta yang sedari tadi menyimak. Lelaki yang tak banyak bicara memang, hanya tersenyum. Lelaki yang berhasil meluluhlantahkan pertahanan hati Ziara... 
*to be continued

12 November 2014

0 obrolan:

Posting Komentar