skip to main |
skip to sidebar
.jpg)
sekarang hampir setiap hari hujan turun. jutaan tetes hujan yang jatuh
ke danau membuat jutaan riak air. setiap tetes yang menyentuh permukaan
air, menyebabkan riak, sebentar, lalu hilang. dalam rentang masa hujan
yang panjang, setiap riak tenggelam tidak terperhitungkan.
namun ia percaya, untuk setiap mili detik air yang meriak, ada
tetesan-tetesan lain yang juga meriak bersamanya dan terkena dampak.
begitulah, hidup kita jika dilihat dalam rentang zaman yang sangat lama,
hanya setitik riak. tapi di setiap titik itu, ada pengaruh yang
diberikannya kepada lingkungannya.
masih melihat hujan, ia kembali merenung, tentang kata-kata yang sering
diucapkannya beberapa waktu lalu: tentang posisi dan kontribusi. bahwa
posisi berbeda dengan kontribusi. bahwa posisi tidak selalu menjamin
besarnya kontribusi. ia adalah hal terpisah, walau potensi kontribusi
bisa dipengaruhi posisi.
namun seperti riak air itu, ia
menyadari dan bertekad. bahwa posisi yang diamanahkan kepadanya, harus
membuatnya berkontribusi lebih banyak. menjadi orang yang paling lelah
dalam kerja. paling jauh dan luas dalam berpikir. paling banyak berdoa
bagi timnya. paling merasa terbebani dalam upaya bersama. dan paling
merasa bertanggung jawab atas beban yang diemban bersama.
sekali lagi, baginya, begitulah obsesi kontribusi.
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(At-Taubah [9]: 105)
~ 2012
0 obrolan:
Posting Komentar