Bismillah
Semoga yang membaca ini adalah ia yang siap dengan segala kemungkinan, ia yang terbuka untuk takdir Tuhan.
Semoga yang menulis ini adalah saya yang telah menerima setiap ketidaksangkaan, saya yang menerima takdir Tuhan.
Tulisan ini mungkin akan hadir tanpa dalil naqli ataupun kutipan dari tokoh-tokoh ternama. Saya menulis menggunakan tinta biru dan membiarkannya bergerak mengikuti pikiran yang menderu.
Jika terdapat hal yang sulit diterima, bisa jadii karena alur berpikir kita berbeda dan kehidupan yang diperkenalkan Tuhan pun tak sama.
Kaderisasi
Kaderisasi merupakan bagian penting dari sebuah organisasi yang melingkupi sumber daya manusia. Iya, manusia!
Makhluk Tuhan yang dibiarkan hidup dengan akalnya.
Manusia yang diperlukan untuk meneruskan tujuan bersama dari sebuah organisasi. Jika mendengar ‘senior’ mengatakan pada anda yang ‘junior’ bahwa mereka tidak butuh anda tapi anda yang butuh mereka, tolong dicermati kembali!
Saya pribadi berusaha untuk tidak mengatakan hal tersebut. Kenapa harus menyakiti hanya karena gengsi?
Jika kita butuh, katakanlah butuh. Tak perlu lewat amarah. Semisal anggota yang menyatakan akan keluar padahal sangat dibutuhukan. Seringkali saya menemukan pemimpin yang memarahi atau menjauhi ketika ia benar-benar keluar. (Atau saya pun begitu? )
Atau
Jika tak mampu, tugas kita membantu. Tak perlu mengajari lewat celaan. Semisal anggota yang terus bertahan padahal tak dirasa kontribusinya dan kerap kali melakukan kesalahan. Seringkali saya menemukan pimpinan yang mendiamkan anggota yang pendiam dan sulit mengapresiasi kebenaran dari anggotanya yang pernah melakukan kesalahan.
Bagi saya hari ini, fokus bukan pada sosoknya sebagai pribadi tapi sosoknya sebagai kader yang berkepribadian. Bagaimana kaderisasinya?
- Fokuslah pada fungsi dan kontribusi bukan posisi –
Bisa jadi ia yang hari ini dianggap tak mampu justru nanti paling membantu
Atau
Ia yang paling membantu hari ini justru jadi pengganggu di hari nanti
*** jeda menulis satu jam ***
- Tulisan ini bersifat empiris –
Apa tujuan kaderisasi?
Saya yakin setiap pribadi dari sebuah organisasi memiliki pandangannya sendiri. Bagi saya,kaderisasi bertujuan untuk membentuk generasi yang terdiri dari pribadi-pribadi hebat dan berpengaruh bagi organisasi. Kader yang senang berkontribusi untuk tujuan bersama.
Ada satu kaidah penting yang kadang terlupakan bahwa generasi tersebut haruslah menjadi generasi pelurus bukan hanya penerus.
Ingatlah bahwa kita pernah jadi seperti mereka, kader baru!
Perlu kerendahan hati sebagai pemimpin untuk mengakui kegagalan dalam bertindak dan kesalahan dalam bersikap. Maka bisa jadi kita lalai dalam mengemban amanah dan tanpa sengaja memutar stir kendali akan tujuan awal.
Karena itu, penting menanamkan kebenaran dan kebaikan berasaskan pemahaman akan tujuan organisasi. Bukan sekedar menanamkan paham pribadi.
Tak peduli orang awam mengomentari sinis akan perbedaan gaya kepemimpinan atau citra kepengurusan. Jika memang tujuannya benar dan dilaksanakan dengan baik.
Bahkan jika pimpinan pengurus selanjutnya tersebut adalah keputusan saya. Mereka berhak menjadi lebiih baik dan tampil lebih prima! Itu bukti keberhasilan kaderisasi karena berhasil membentuk generasi pelurus bukan hanya generasi penerus.
Tentunya kegiatan kaderisasi pun harus dikemas semaksimal mungkin. Bukan kaderisasi kolosal yang menampakkan ketakutan akan hukuman tapi hadiah atas keberadaan. Kegiatan dengan multi-metode untuk berbagi ilmu dan pengetahuan serrta kesempatan untuk mengaplikasikan pemahamannya. Kegiatan tersebut perlu menggunakan teknik klasikal, grouping dan individual serta dibumbui keceriaan.
Kader dibiasakan mensyukuri tanpa tapi, bersaing tanpa menjatuhkan, berkawan tanpa melawan, menghormati tanpa ditakuti, bercanda tanpa menghina, memuji diri tanpa mencaci yang lain, memaksimalkan kinerja tanpa meminimkan rasa bahagia, membantu tanpa berpangku dan hal dasar lain yang seringkali terabaikan.
Bagi saya kekuatan tatapan dan senyuman lebih besar daripada bentakan. Bisa dicek hasilnya pada mereka yang mengikuti kegiatan chandradimuka PROBUMSIL UPI atau MOKAKU UPI Kampus Cibiru ^_^
Pembelajaran yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir saya semasa studi dapat diimplementasikan untuk kaderisasi organisasi.
Experiential Learning yang dipopulerkan kolb terdiri dari tahap pengalaman konkret, tahap refleksi pengamatan, konseptualisasi abstrak dan eksperimen aktif. Setidaknya bagi organisasi yang sempat saya naungi tahapan tersebut dianggap berhasil. Belum pernah saya implementasikan di organisasi lain.
However, kita harus mengakui bahwa kaderisasi tidak dapat dilakukan (benar-benar) sendiri. Begitupun dengan kaderisasi berikutnya. Saya selalu teringat kalimat: “ Setiap diri dari kita berpengaruh!”
Terakhir sebuah renungan untuk kita yang giat mengkader..
Jika hanya ada satu orang hebat dalam sebuah organisasi meskipun itu kita sendiri, tetap perlu direnungkan. Apakah kader lain yang kurang berpotensi atau memang kaderisasinya yang perlu direnovasi?
Kader berkepribadian? Next…
Saya bukan seorang tokoh ternama, seorang berkuasa ataupun seorang apalah itu sebutannya…
Saya masih minim ilmu, memang. Jadi sangat wajar bila tulisan ini membuat kulit kening anda tiba-tiba melipat. Tapi ini pula yang anda sebagai orang hebat perlu renungi: Jika saya yang bodoh saja ‘mau’ mengulas tentang ini, mengapa anda yang hebat tidak?
Terimakasih, sekian pendapat dasar saya. Sangat dasar yang hanya berdasarkan pengalaman dan beberapa hal yang sempat didengar juga dilihat.
Terinspirasi dari kaderisasi Mahasiswa UPI Kampus Cibiru, Bina Kader angkatan 13, Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (PLKM) UPI 2012, Protokol Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPI Kampus Cibiru, Program Tutorial UPI Kampus Cibiru, Perslima UPI Kampus Cibiru dan seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UPI Kampus Cibiru serta Indonesia Young Islamic Leader (IYIL) of International Muslim Student Summit (IMSS) FSLDKN 2012.
0 obrolan:
Posting Komentar