Sebelum saya melanjutkan cerita Menuju Jakarta Tanpa Peta Tanpa Jeda! Saya ingin berbagi tentang hal menggelitik yang baru saya sadari dari orang bukan sunda di Jakarta.
1. Seorang teman beda jurusan di Protokol menanyakan ini,
"Bentar Feb, bukannya Presiden Tasik itu seangkatan sama kita ya? Kenapa kamu nyebutnya akang? Rijal aja kali."
Dengan enteng saya jawab,
"Kebiasaan di BEM manggilnya akang ke yang lain juga, apalagi kalo forum resmi pan jadi kebiasaan. Asa aneh kalo diilangin."
Padahal dalam hati, saya coba sebut namanya saja dan memang aneh. Bahkan saya baru sadar ketika Gina bisa memanggil Kang Ristu Kang Isis dan Kang Sandi dengan sebutan Aa, saya ternyata tidak bisa. Haha, mereka tidak bisa dikatakan asing lagi. Sarip dan Andri yang seangkatan tapi beda usiapun saya manggilnya Oppa, akang ternyata saya gunakan untuk mereka yang berbeda jurusan.
2. Pagi hari tanggal 20 Januari di gedung The Energy lantai 22, saya bertemu dengan kandidat Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan X yang juga tes DA hari itu. Saya langsung memperkenalkan diri pada teman-teman yang sedang menunggu tersebut, semua yang salaman di awal itu perempuan sampai tiba di bagian teman laki-laki dan saya menyebut mereka akang. Entah berapa usia mereka. Barangkali saat itu pikiran saya langsung menyetir otomatis setiap laki-laki dengan sebuatan akang, seolah sedang berada di Bandung dan seolah bertemu dengan orang Sunda. Yup, seolah ini tidak saya sadari di awal. Setelah duduk bersama sebagian peserta beberapa menit dengan basa-basi pertanyaan tentang asal muasal, tetiba salah satu dari teman laki-laki mengatakan bahwa dirinya pun orang sunda dari UNPAD. Lagi-lagi, otomatis saya panggil Akang. (ini terkait dengan no. 4 dan 5)
3. Sembari menanti tes Self-Presentation, kami yang terbagi menjadi tiga kelompok mulai mengakrabkan diri dan ada saja topik atau tokoh yang ternyata saling terkait di antara kami. Salah satunya adalah ketika teman perempuan dari ITB yang juga mengenal Kapten semasa di IMSS dan sepupu kece badai (sebutlah namanya Zaky) yang jarang saya temui itu menanyakan,
"Maksudnya Angga Kusumadinata? si angga? Kok dipanggil akang sih? Kamu angkatan berapa? 2010 kan? Berarti kita seangkatan loh!"
saya berasa de javu dan kembali menjawab,
"Oh, iya, saya kebiasaan kalau beda jurusan atau kampus panggilnya akang dan udah jadi kebiasaan."Padahal ya otak saya memutar ulang pertanyaan, kenapa saya panggil mereka akang? barangkali memang karena kebiasaan. Berusaha meyakinkan diri sendiri.
4. Nah yang ini sedikit berbeda, ketika istirahat makan siang seluruh peserta berkumpul kembali di ruang tunggu. Basa-basi obrolan yang penting itu sampai pada ajakan untuk pulang ke Bandung bersama teman-teman yang berasal dari Bandung.
"Bener ya Kang, kita pulang bareng?"Saya memastikan salah satu teman dan direspon oleh teman perempuan lain,
"Kalian kayak yang udah akrab banget, kayak udah kenal lama deh, manggilnya akang gitu."Saya sih hare-hare, bosen jawab. Haha. Tapi tuh akang malah nyaut aja dan ..
"bentar, maksudnya kita udah akrab gimana? gak kok."Yaelah, jadilah dibahas sama temen yang nanya itu,
"Loh, kalo gak kenapa manggilnya akang bukan Aa?"Saya dan satu teman saya yang pernah tinggal di Bandung tidak sanggup menahan tawa. Obrolan pun saya belokkan ke kata Oppa dan Ahjussi. Sembari menyelipkan kalimat,
"Mana ada, masa saya panggil dia Aa? justru Aa itu kalo sama yang akrab atau Kakak kandung atau yaaaah semacam oppa di korea mah."
5.
Ini temanya konfirmasi.
Ceritanya saya BM-an sama kapten dan curhat kejadian no.3, beliau menjawab
"Emang kamu angkatan 2010? asli baru tau. Salah sendiri dari awal panggil akang."dan akang UNPAD yang sepanjang pulang dari Jakarta tidak komentar dipanggil akang, via facebook ataupun SMS pun no comment. Di grup WA malah komen -_-
"Kita kan seumuran feb, asa gimana gitu dipanggil akang."Ketika ditanya kenapa baru komen, beliau jawab
"Baru sadar kalo masih muda."Okey, akhirnya saya mencari tahu pemberian makna orang terhadap kata akang sembari melatih diri untuk terbiasa memanggil tanpa menyebut akang. Dan saya menemukan hal mengejutkan dari panggilan akang, ternyata tidak selalu yang dipanggil Aa itu lebih mesra maknanya :D
(Dialog DIsadur Seingatnya, hati-hati merubah makna)
0 obrolan:
Posting Komentar