Bulan Oktober lalu SCM dan SMP Bahtera mengadakan “Parents Forum bersama Gobind Vashdev tentang Compassionate Parenting”. Gobind Vashdev merupakan sosok inspiratif, author dari Buku Happiness Inside dan finalis Penghuni Terakhir.
Kegiatan tersebut dibuka oleh sambutan dari Ust. Miftah (Ketua Yayasan Muthahhari) yang diselingi candaan untuk Bapak Gobind dengan pertanyaan jebakan tentang siapakah Kepala Sekolah SCM/SMP Bahtera dan jawabannya salah. Hal tersebut mampu menghidupkan suasana di Aula SCM menjadi lebih hangat yang dilanjutkan dengan sharing ilmu dari Bapak Gobind Vashdev.
Kegiatan tersebut dibuka oleh sambutan dari Ust. Miftah (Ketua Yayasan Muthahhari) yang diselingi candaan untuk Bapak Gobind dengan pertanyaan jebakan tentang siapakah Kepala Sekolah SCM/SMP Bahtera dan jawabannya salah. Hal tersebut mampu menghidupkan suasana di Aula SCM menjadi lebih hangat yang dilanjutkan dengan sharing ilmu dari Bapak Gobind Vashdev.
Pertanyaan sederhana dilontarkan oleh beliau kepada seluruh peserta kegiatan parenting tersebut. Pertama, beliau menanyakan sosok anak seperti apa yang diinginkan oleh para orang tua dan kedua, “Why We want to be parents?”. Menurutnya, menjadi orang tua sama dengan mengambil peran yang paling penting dan dapat menyembuhkan luka-luka masa lalu. Luka tersebut berasal dari trauma orang tua di masa lalu ketika masih anak-anak untuk menghindari trauma terulang, orang tua menjadi fasilitas pelindung yang memberikan utuhnya dan menghilangkan prosesnya. Orang tua yang terbiasa menjadi fasilitas pelindung selalu mencari yang disalahkan.
Beliau pun menuturkan bahwa anak akan tumbuh untuk mencari penghargaan dari luar jika dibiasakan menerima sikap yang berbeda dari orang dewasa berdasarkan ‘label’ anak baik vs anak nakal. Sebaiknya orang tua menjadi fasilitas pembelajar yang fokus pada tujuan dari proses yang dialami anak. Karena anak hanya tahu enak atau tidak enak sedangkan orang dewasa memahami hal yang perlu atau tidak perlu.
Anak yang bermain dengan sendok dan menjatuhkannya ke kolam tidak perlu dimarahi dan dicermahi panjang lebar karena harga sebuah sendok yang jatuh ke kolam tersebut tidak sebanding dengan hati anak yang terluka. Cukup memberinya pemahaman akan sikap yang seharusnya dilakukan dan tidak baik untuk dilakukan serta ambil sendok yang jatuh. Ketika anak jatuh dan menangis, pada umumnya orang tua terlalu fokus untuk menghentikan tangis sang anak bukan mengobati lukanya. Sehingga salah satu fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang adalah menjamurnya bisnis ‘mengalihkan perhatian’ seperti tayangan televisi dan media sosial. Hal tersebut dapat membuat anak mulai tidak fokus dan mengalami ADHD karena memang dari kecil dibiasakan untuk teralih perhatiannya.
Mendisiplinkan anak bukan berarti menjadikan anak seperti robot. Anak itu dikendalikan oleh emosi bukan perilaku. Kecerdasan emosi adalah ketika ia mampu mengekspresikan emosinya. Jika tidak, itu berbahaya bagi kesehatan psikis dan fisiknya. Menurut beliau mendisiplinkan anak tidak penting tapi menyembuhkan luka-luka dari masa lalu kita yang lebih penting. Anak yang dididik dengan Compassionate Parenting diharapkan dapat menjadi anak yang welas asih, peduli lingkungan, sadar dalam kehidupan, bahagia dan fokus pada yang bisa dilepaskan atau terus bersyukur.
Oleh karena itu pentingnya peran orang tua mengikhlaskan masa lalu dan membiarkan anak menjadi sebaik-baik diri sebagai seorang pribadi. Orang dewasa merupakan fasilitas pembelajar bagi anak untuk memahami diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan pun dilakukan oleh orang tua dan guru melalui kerjasama yang terorganisir dengan baik.
Di akhir kegiatan, orang tua dan guru yang bertanya mendapatkan hadiah berupa buku Happiness Inside (Gobind Vashdev), The Prophet Wisdom (Miftah F. Rakhmat) dan Kidung Angklung di Tanah Persia (Miftah F. Rakhmat). Bagi orang tua dan guru yang ingin menjalin silaturahim dengan Bapak Gobind Vashdev dapat melalui website www.gobindvashdev.com dan twitter beliau @gobindvashdev.
Lain kali, akan ku tulis pendapatku sendiri.
0 obrolan:
Posting Komentar