Selasa, 27 Januari 2015

Menuju Jakarta Tanpa Peta Tanpa Jeda! part I

(Masih serangkaian cerita #JadiPM angkatan X dengan cerita awal Menjadi Pelari Terakhir Indonesia Mengajar Dimulai dari Esai! Part I dan Menjadi Pelari Terakhir Indonesia Mengajar Dimulai dari Esai! Part II )

Seperti biasa, beberapa hari menjelang keberangkatan saya masih bisa tidur nyenyak dan santai meskipun hati meracau... tapi ya bukan saya jika tidak sempat menggunakan the power of kepepet (It's too bad). Jadilah saya mengerjakan RPP dan Media Pembelajaran untuk Simulasi Mengajar (salah satu bentuk tes dalam DA) menjelang hari H. Nilai mata kuliah Media Pembelajaran saya memang A tapi bukan media gambar, bukan!. Dan sok-sok-an saya menantang diri sendiri di waktu yang sempit itu untuk menggunakan media gambar yang diwarnai sendiri. *Yeahh, gambarnya menyusul.

Jam 3pm, saya masih di sekolah untuk menge-print rpp dan media yang telah dibuat jam 3am tersebut. *Media dan RPP yang ternyataaaaaaaaaaa, nanti saya ceritakan di bagian tes DA. Otak saya mendadak sibuk memikirkan ini itu, menatap kembali catatan barang yang perlu dibawa. HP saya pun tak kalah sibuknya, media sosial dan SMS ramai. Ada sekian menit saya mengalami kebingungan karena sebenarnya saya tidak pernah ke Jakarta sendirian, saya tidak tahu pergi dengan menggunakan angkutan umum ke Jakarta sore hari dan sendirian. Saya benar-benar tidak berpengalaman sebelumnya!

Saya menggunakan kemampuan mencari informasi dari teman-teman yang tinggal di Jakarta atau sering ke Jakarta. Kenapa bukan keluarga yang saya hubungi? Karena ceritanya, saya mau sok keren, sok hebat, sok dewasa, sok tidak ingin membuat khawatir. Sok pokokna mah!


Duduk sejenak di kamar kost, menenangkan diri sembari menatap waktu yang terus bergulir melewati 4pm. Kembali saya cek semua barang, benar-benar saya cek. Serius!

Saya pergi dengan ekspektasi sampai di Jakarta dalam 3 jam.  Nikmat Allah langsung saya temukan ketika keluar dari gerbang kostan, komplek yang biasanya sepi itu dilewati tukang ojeg. Wajah saya langsung ceria seceria anak yang menemukan toko es krim gratis :D

Pergilah saya dengan si mamang ojeg berbadan gagah kekar tersebut, sampai di jalan raya saya langsung memberikan uang 10k (karena saat itu recehnya hanya ada 5k dan 10k sedangkan ongkos ojeg 7-8k). Eh ternyata, mamang ojeg bilang
 "Duh, aku baru keluar belum punya kembalian."
Okey guys, saya coba clear-kan disini: 1. Mamang Ojeg bilang AKU 2. Suaranya ternyata jauh lebih lembut dari tubuhnya 3. Dia bilang yang 5k aja 4. Kesimpulan, saya kalah feminim dari mamang ojeg tersebut :D

Setelah hal menggelikan itu, naiklah saya ke angkutan umum jalur Cicaheum-Cileunyi dengan hati riang karena angkot tersebut dipenuhi anak sekolahan (logikanya tidak perlu ngetem dimana-mana). Sayangnya, saya kebagian duduk di jok depan samping pak supir. Gusti, karena gadang terus dari malam minggu, akhirnya mata saya gak kuat nutup sendiri. Tidur terasa lama dan saat terbangun masih belum sampai. Saya pikir, saya tidur berkualitas ternyata eh ternyata itu angkot jalannya lambat, ngetem dimana-mana dan terjebak macet dari daerah Ujung Berung sampai Cileunyi. Sedih man!

Sampai cileunyi sekitar jam 5.30pm. Mulai ketakutan karena diperkirakan sampai jam 9pm di Jakarta tanpa tahu jalan. Ulis (Pemilik kamar kost yang menerima gangguan saya di Jakarta) terus menghubungi sedangkan HP saya mulai low. Banyak chat BM yang menyampaikan do'a juga semangat sedang yang membaca masih di Bandung a.k.a Cileunyi, menanti bus primajasa. 

Bersenjatakan payung, saya berlagak sok manis menanti bus yang namanya mulai terlihat samar (sekali lagi, sedih karena akomodasi mata di malam hari tidak mendukung). Seorang malaikat, cielaaaaa, datang menghampiri, mari sebut saja namanya Gina :D

Abaikan cerita gadis-gadis tua ini berpelukan seolah bertemu di luar kota, bus dari arah Garut dan Tasik berdatangan tapi lagi-lagi bukan bus menuju Lebak Bulus. Sembari ngobrol, saya tetap waspada takut busnya lewat begitu saja setelah ditunggu sekian lama. Seperti jodoh *eh

Dan benarlah, bus itu ada, bus itu datang, datang disaat kami sedang asyik mengobrol dan datang di belakang bus lain yang serupa jadi hampir tak terlihat. Ya, adegan di seperti di film-film lawas yang si tokoh dan si teman berlari ke arah bus yang siap melaju. Ini nih yang paling so sweet juga menyebalkan karena dia bilang ke mamang keneknya,
"Mang, teman saya mau ke Lebak Bulus ya, titip!" 
(Nanti pun akan ada saat teman lain ingin menitipkan saya) Saya terharu, alunan adzan maghrib mengantar keberangkatan saya ke Jakarta. Saya memilih duduk dekat jendela yang jok tiga dan ternyata itu posisi AC-nya bocor jadilah saya kedinginan selama perjalanan. Nyaris membeku, HP saya :)

Saat bus mulai melaju, saya berdiri mau dadah ke Gina. Uh, akang Unpad (Saya tahu ketika beliau ngobrol dengan bapak-bapak di perjalanan, dengan suara lumayan mengganggu tidur) yang duduk di belakang saya menatap aneh, barangkali terlihat saya baru pergi sendiri dan lebay :D

Saya membawa buku untuk dibaca selama diperjalanan, atau mungkin saya akan tidur. Tapi rasa parno itu lebih kuat, sehingga saya kuat menahan rasa kantuk dan terus ketakutan akan barang-barang hilang atau dihipnotis. Sumpah, emang parno kebangetan padahal wajah diluar sok gaya, sok tangguh!

*bersambung....

0 obrolan:

Posting Komentar