Dalam masa pengumpulan inspirasi untuk menulis:
1. Menuju Jakarta tanpa peta tanpa jeda. #draft
2. Kandidat Pelari Terakhir, Tujuh Jam untuk Tujuh Tes! #Draft
3. Pulang bersama Kang Endang: Pahlawan Masa Kini! #Draft
4. Satu minggu, sampaikah usiaku? #Draft
5. "Wanita, segeralah menikah!" #Draft
...dan menanti jawaban teman-teman tentang #MenikahMuda, Nona Maretty yang bukan bule hanya lahir di bulan Maret itu nyenggol soal Suami. Duh, guru-guru di sekolah sampai nunjukin yang ini yang itu, bilang jangan ini jangan itu, lah bingung saya. Wong saya aja gak punya kriteria khusus dan lagian saya juga santai aja.
Nih salah satu kutipan yang saya suka,
"Saya berpotensi untuk jatuh cinta pada seseorang hanya karena pemikirannya, dan lupa yg lainnya. Apa itu berbahaya?"
Yup, ketika salah satu guru bertanya kepada saya tentang kriteria idaman, yang dengan santainya saya jawab tidak ada. Lanjut diserbu pertanyaan,
Yakin gak ada? mau sama yang kayak gimana aja? Rasul aja punya kriteria loh!"
..rasanya #jleb sekali. Ah, iya. Apa memang tidak ada atau saya meniadakan atau menganggapnya tidak ada? hehe
Tiba-tiba teringat obrolan dengan Ayundha Sensei, kami sepakat bahwa lelaki berkacamata itu level cakepnya meningkat!
Soal shaleh mah udahlah ya, hari gini, senakal-nakalnya saya dan siapapun di luar sana, lelaki yang mencintai Allah SWT jelas mengalahkan aura tokoh hebat manapun. Saya balik bercermin dong, terus iman saya kayak gimana?
Kenapa saya ingin menikah?
Kenapa saya ingin jadi orang tua?
Kenapa saya ingin punya anak?
Kenapa?
Itu pertanyaan standar dari seorang pembicara tentang parenting. Yang sampai saat ini saya sudah merubah jawabannya entah untuk ke berapa kali, labil emang!
Suatu ketika junior saya pernah bertanya, teteh ingin ketua yang mana? Pimpinan organisasi apa? Saya bingung dan jawab sekenanya, kenapa harus jabatan atau amanahnya yang dilihat? Saya katakan lagi, masih dengan sekenanya, Saya ingin yang biasa saja, tidak perlu punya amanah bejibun setinggi langit, prestasi segudang, biasa saja, tidak perlu yang sibuk, biasa saja, tidak perlu yang cerdas atau jenius, biasa saja. Kenapa selalu pertanyaannya tentang kognitif dan prestatif? Kenapa yang datang pun menjual amanahnya dulu? Sekalipun saya suka awalnya jadi il-feel. Kemudian junior tersebut meninggikan nada suara setengah membentak,
"Ya Ampun teteh! Teteh mau yang biasa aja kayak gimana maksudnya? Gak mau yang beramanah? Teteh nyadar dong, di kampus tuh teteh siapa, apa jabatan teteh di organisasi kampus. Gak mau yang sibuk? Terus emang teteh gak sibuk di kampus? Allah tuh ngasih yang seimbang teh, jodoh tuh gak jauh dari kitanya."
Iya, tapi kan... jawab saya setengah terpaku menyadari harapan diri yang tidak sesuai dengan nurani. Yaelah, haha. Tidak jauh dari pernyataan itu, seorang teman menyadarkan saya dengan pertanyaan,
"Kamu gak mau yang terlalu pinter? Emang kamu mau pura-pura gak bisa apa-apa, gak ngerti apa-apa seumur hidup bareng dia? Demi nyambung ngobrol?"
"Da aku emang gak pinter, lagian kata ****** juga, bagusnya suami lebih pinter dari istrinya jadi aku bisa nerima yang biasa aja. Tinggal akunya nyesuain, aku kan jagoan soal menyesuaikan diri. Hehe"
"Iya, anggaplah kamu gak pinter. Emang bodoh banget! Saking bodohnya, gak semua orang paham sama kata-kata kamu, gak semua orang bisa cepet nerima yang kamu maksud, gak semua orang bisa nerima kesukaan kamu. Jangan hidup jadi orang lain!"
Ok, saya paham.
Saya menjadi sangat paham sampai sini.
Mengapa justru orang lain yang sibuk memilihkan ini dan itu, sedangkan saya siap menerima apa adanya. Karena, ini tentang hidup yang akan kita jalani di sisa usia. Maka tak bisalah kita berpura-pura menjadi orang lain dan terus menyesuaikan diri agar tak menyakiti. Bisa jadi ,yang kita lindungi hatinya itu justru terluka.
Dan terakhir, sssst! Rahasia perempuan, siapapun itu akan senang jika dirinya diperlakukan sebagaimana perempuan dan dihormati setiap pilihannya.
Terimakasih sudah membaca. Ini tulisan memang tidak jelas dan mungkin tidak membantu siapapun dalam memilih pasangan hidup hehe
0 obrolan:
Posting Komentar